Rabu, 08 Desember 2010

AKU INGAT!

ingatkah kamu ketika ibumu mengelap tanganmu dan jemari-jemari kecilmu setelah kau puas memainkan makanan di piringmu?

Aku ingat.

Aku ingat ketika aku sangat hobi memanjat (nb: dulu aku langsing!) dari lemari pajangan hingga pohon jambu didepan rumah aku panjat. Bahkan dengan santainya aku bergelayut bersandar di dahannya. Waw. Waktu itu aku terlihat keren.

Aku ingat ketika peralihan dimana aku tak lagi minum susu dengan dot. Mandeh memotong ujung dot ku dengan gunting dan bilang dotku digigit tikus. “Eji, kompeng eji digigik mancit, jo galeh se dih? Atau nio minum disiko juo?” ujar beliau. Kemudian belum sejurus aku menjawab, beliau sudah muncul dengan gelas berisi susu.

Aku ingat ketika aku sering difoto oleh tetehku (adik mandeh). Rambutku dikuncir tinggi, dikepang, dijalin, dan disuruh meniru pose yang diperagakan teteh. Aku juga sering dipasangin kacamata hitam besar yang waktu itu kata teteh lagi 'in' semenjak Paramitha Rusadi lagi naik daun di peran gandanya dalam sinetron “Janjiku” sebagai ibu dan seorang gadis buta. Ya, BUTA. Gadis buta yang memakai kacamata hitam. Ternyata dulu kebutaan menjadi kiblat dunia mode… Teteh remaja yang waktu itu mungkin masih labil jiwanya dengan vitalitas yang masih tinggi serta darah muda darah yang berapi-api sering sekali mendandani aku dengan lipstick merah jambunya. Sekarang si teteh telah memberikan aku seorang adik oportunis bernama ARIFAH RAHMI MUTMAINAH a.k.a IPAH, iya.. dia.. bocah perempuan yang hobi kerling kedip manja yang labil sebelum waktunya –apakah ini turunan bundonya atau gimana, entahlah..-. Tunggu teteh, jasamu serta apa yang telah engkau lakukan pada eji kecil, akan aku balas juga pada Ipah, anakmu. Lihatlah teteh.. Ipah akan kujadikan poto model solehahwati.

Aku ingat ketika aku menghafal Juz Amma bersama teteh Yeni, a.k.a bundo Ipah Si Labil. Ternyata selain mengajarkan ilmu gaoel, bundo si Ipah ini juga mengajarkan ayat-ayat pendek, doa sehari-hari, dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya. Teteh juga yang sering menyemangati aku untuk terus berpuasa ketika aku TK.

Aku ingat ketika aku diculik oleh tetehku yang satunya lagi, yang paling muda, yaitu teteh Anis. Saat itu adalah pertama kalinya aku diculik (iya, akan ada lagi culik-culik berikutnya yang didalangi oleh si teteh yang satu ini) dan merupakan serangkaian penculikan yang paling indah. Aku diculik dan dibawa ke warung bakso. Kadang aku diculik dan dibawa jalan-jalan ke Taman Melati, - mungkin waktu itu juga adalah masa-masa dimana si teteh masih labil dan dalam kondisi prima. Si teteh yang satu ini juga hobi memfoto-foto aku. Tapi, tidak diarahkan dengan gaya. Mungkin alirannya naturalis. Dia berlagak seperti mata-mata, memfoto aku diam-diam. Beberapa tahun kemudian eji remaja pun terkaget-kaget atas kemunculan dan keberadaan yang tak bisa disangkal lagi, sungguh anonoh, foto bugil si-eji-kecil-siap-mandi menghiasi halaman depan album foto. Ini tindakan pornograpi, teh! Cepat berikan aku ponakan, dan akan aku mata-matai juga anakmu, nantik!

Aku ingat ketika aku diperkenalkan dengan benda bernama komik. Komik pertamaku yaitu Detektif Conan seri 18 yang covernya Conan lagi megang gelas kimia–komiknya waktu itu bercerita tentang munculnya Ai Haibara, seorang ilmuwan yang meneliti obat yang membuat badan Shinichi mengecil- serta memakai jas lab. Mungkin orangtuaku berpikir ini adalah komik yang menyajikan ilmu pengetahuan melalui gambar-gambar serta diselingi rumus-rumus labil SD. Mungkin orangtuaku tidak akan menyangka bahwa, berawal dari komik ini, akan ada lagi rentetan komik-komik yang berdatangan dan terus berjejer hingga panjang—memenuhi meja belajar.

Aku ingat semuanya.
Hm, kita tidak tau kapan kita menjadi semakin tua. Tau-tau kita sudah melewati masa lalu. Ternyata memang benar, yang kita punyai hanyalah masa kini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails