Rabu, 02 Februari 2011

Ngomong-Ngomong...

Ngomong-ngomong, aku ingin bekerja sebagai jurnalis, suatu saat nanti. Maksudku bukan jurnalis kampus seperti saat sekarang, tapi.. jurnalis yang bekerja di media berstandar nasional, di dunia kerja yang sebenarnya. Aku ingin jadi jurnalis. Yah, aku menyadari apa sebenarnya cita-citaku semenjak aku berkenalan dengan sebuah organisasi yang bergerak di bidang penerbitan berita di kampusku. Sebelum-sebelum itu aku sadar aku mempunyai hobi menulis. Namun, waktu itu aku tidak memikirkan tentang hidup di dunia jurnalistik. Aku ingin jurnalistik karena menurutku itu adalah pekerjaan yang akan sangat aku nikmati nanti. Aku sangat, tergila-gila, dengan dunia itu.

Beberapa saat kemudian setelah aku mengetahui bahwa inilah kemampuanku dan inilah cita-citaku yang sebenarnya, aku berusaha keras untuk menajamkan sikap kritisku terhadap apa yang sedang terjadi di dunia luar. Namun aku merasa, aku masih tidak mampu untuk berpikiran kritis. Maksudku, dibanding dengan teman-teman lain yang satu organisasi kampus denganku. Oh, atau bahkan dengan teman sekelasku. Aku masih jauh ketinggalan sikap kritis. Yah. Sikap itu memang sangat dibutuhkan oleh seorang jurnalis yang hebat. aku ingin bersikap kritis, dan aku sedang mencoba melakukannya.

Disamping hobi-hobi menulisku, cita-cita, dan segala upayaku untuk meraihnya, ternyata orangtuaku tidak ingin membiarkan aku mengambil langkah tersebut. Aku tidak tau apa yang salah dengan memilih jurnalis sebagai jalan hidup, tetapi beliau tetap menyarankan aku untuk berpikiran lebih dewasa, “Apa lagi ini adalah untuk pilihan hidupmu. Jalan hidupmu nanti,” ujar beliau. Jika ini jalan hidupku, seharusnya aku kan yang menentukan apa yang ingin aku pilih? Mereka tidak tau kemampuanku. Mereka tidak tau aku telah membuat berpuluh-puluh tulisan yang telah dibaca semua orang (anggap saja seluruh mahasiswa Universitas Andalas selalu membaca Genta, dan anggap saja semua orang membaca semua tulisanku yang ada di note facebook, serta di blog ini, tentunya), aku menjuarai lomba karya tulis, dan aku sangat hobi menulis. Mereka hanya ingin aku bekerja di kantoran, memakai baju seragam pegawai seperti yang dilakukan oleh anak-anak teman mereka. Hadooh.. aku ini bukan mereka, setiap manusia pasti punya perbedaan, right? Aku berbeda dengan mereka, begitu juga dengan kemampuan yang aku punya!

Lalu, kenapa mereka melarang aku untuk menjadi jurnalis? Menurut beliau, jurnalis itu pekerjaan yang tidak menghasilkan dan tidak untuk wanita. Lalu, apakah pekerjaan untuk wanita? Menjahitkah? Memasak? Just it?
Aku tidak munafik. Mustahil aku tidak berorientasi pada uang dalam menjalankan pekerjaanku nanti, tapi ada yang lebih daripada itu semua. Kenyamanan. Aku menginginkan adanya kenyamanan ketika aku bekerja nanti. Maksudku, percuma kalau nantinya aku mempunyai gaji yang besar tetapi dari diriku sendiri aku merasakan ketidaknyamanan dan bekerja secara terpaksa. Aku berpikir, jika aku mengerjakannya dengan hati, dan menikmati setiap tantangan yang akan dihadapi, sesuai dengan minat dan bakatku, tentunya, aku akan dapat tersenyum lebar meskipun gaji yang kudapatkan tidak besar. Hm. Mungkin beberapa tahun kemudian pendapatku akan berubah. Tapi inilah diriku yang sekarang.

Maksudku, kita tidak dapat memaksakan pilihan kita terhadap orang lain, ya kan?

2 komentar:

TS Frima mengatakan...

pelihara saja keinginan kamu untuk jadi jurnalis itu sejauh yang kamu bisa. besarkan sampai sebesar yang kamu bisa.

rasanya saya mengerti kenapa orangtua menginginkan kita jadi pegawai, bekerja dalam ruangan dan memakai seragam. karena bagi orangtua, itulah yang nyaman: melihat anaknya kerja tenang-tenang, berpenghasilan baik, dan memiliki prestis karena orang-orang akan menyapa kita dengan sebutan Pak/Bu.
Meskipun di dunia ini ada orang-orang yang benar bekerja karena kenyamanan dan idealisme meskipn penghasilannya tidak besar, namun kebanyakan orang akan berubah pikiran saat bertambah usia. Maksud saya, lambat laun kita akan mulai berikir bahwa 'kenyamanan' dalam bekerja bisa diciptakan asal ada dukungan finansial. Makanya setelah lulus kuliah dan masuk dunia kerja, banyak orang membuang idealismenya, lalu menyerahkan diri pada pekrjaan yang yang tidk dicita-citakan.

Yah, kita lihat saja nanti, apakah kamu akan berubah pikiran juga saat bertambah tua :)
Sementara itu, sekarang teruslah (belajar) menjadi jurnalis ^^

Hasep mengatakan...

eji! tak jauh. keinginanmu ada dalam hatimu. dan kamu akan menjadi apa yang kamu inginkan. hingga kau merasa bahagia, karena kau mampu saat orang menilai kamu tidak mampu.!

karena dititik 0 pun kita. takkan pernah terlambat jika keinginan itu kau siram tiap hari.

aku yakin eji bisa!!

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails