Maafkanlah dia, buk, pak...
Atas kemampuannya saat ini yang tidak bisa menjadi kebanggaan kalian. Kepalanya penuh sekarang, memikirkan masa depan kalian. Jangan pikir dia tidak seorang yang bertanggungjawab. Di bahunya ada ibu, bapak, dan kehidupan kalian. Jangan pikir dia memikirkan diri sendiri. Otak yang tertanam dalam kepala itu terisi harapan-harapan dan mimpi yang kalian tuntut, kalian ingini. Harapan kalian.
Dan ia menelantarkan impiannya,
hingga terhimpit ke dasar,
jatuh,
keluar dari otak,
menuju lubang pantat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar