Arifah, enam tahun, tiba-tiba bernyanyi, "Dasar kau keong racun.. Baru kenal udah ngajak... tidur," yang ketika pada kata "tidur" gadis kelas 1 SD itu melambatkan suaranya kemudian cengengesan salah tingkah sambil menutup mulut. Saya pikir, wah, si ipah udah tau ya makna dari kalimat "baru kenal udah ngajak tidur. Kalau nggak, nggak mungkin Ipah memelankan suaranya dan cengengesan seperti tadi. Biasanya anak kecil yang belum ngerti apa-apa akan menganggap lalu kata-kata yang belum mereka mengerti dan bersikap biasa. Rasanya baru saja kemaren saya mendengar percakapan lugu Ipah mengenai dialog sinetron Melati untuk Marvel yang diucapkannya begitu saja tanpa ada rasa malu atau apapun, walaupun ada kata-kata seperti "aku cinta kamu, Malvel", "diliku hanya untukmu, Malvel", atau "udah pulang sayang, ini makan malam kamu". Sungguh begitu dahsyatnya pergaulan anak SD kelas 1 jaman sekarang.
Tak hanya adik kecil saya, tetangga samping rumah, Gandung, kelas enam SD, juga melakukan tindakan yang menurut saya sudah melewati batas wajar kelakuan anak-anak. Seminggu kemaren komplek perumahan gempar gara-gara berita penculikan Gandung. Katanya, kejadiannya sewaktu ia pulang sekolah sendirian, ketika melewati jalanan sepi, tiba-tiba ada sebuah motor dengan dua orang pria berhenti di sampingnya dan menawarkan permen. Kemudian katanya dia menolak, namun tiba-tiba si pria yang satu menarik tangan Gandung ke belakang, yang satunya memegang mulut dan memasukkan permen dengan paksa ke mulut bocah itu. Teler, kemudian ia dinaikkan ke motor, dan dibawa ke jalanan yang bukan ke arah rumahnya. Lalu setelah tersadar katanya ia dikembalikan ke sekolahnya dengan keadaan rambut yang tampak baru dipotong, dengan serpihan rambut yang menempel di baju seragam putihnya. Itu pengakuan Gandung. Sesampainya di rumah, jelas Bapaknya kaget karena rambut anaknya yang baru saja dipangkas rapi sehari yang lalu tiba-tiba menjadi urakan seperti ini. Belum lagi anaknya tiba-tiba kayak orang mabuk dan jalan sempoyongan. Setelah mendengar pengakuan anaknya, bapak dan ibunya kaget luar biasa. Berita ini pun dengan cepat menyebar dan kasusnya pun sudah sampai di kepolisian.
Siapa sangka kasus yang menggegerkan satu komplek itu, ternyata hanya berawal dari kebohongan anak kelas 6 SD yang takut ketahuan bapaknya, kalau di sekolah, ia meminta temannya untuk memotong rambutnya agar terlihat seperti pemain bola asal Brazil, Neymar. Cuman ya.. yang motongnya anak kecil, sudah pasti berantakan. Bayangkan betapa hebatnya skenario yang ia susun dan akting mabok dan sempoyongannya di rumah. Mungkin ketika ia besar nanti ia bisa terjun ke dunia infotainment sebagai artis, atau jadi sutradara film. Kebohongan yang seperti itu seharusnya tidak terpikirkan oleh anak seumuran Gandung. Kebohongan seperti itu udah masuk kebohongan level anak SMA. Biasanya kebohongan anak SD itu misalnya, "di sekolah itu, aku paling jago, semua takut sama aku," atau "tadi pas aku ke WC ada suara cewek nangis, hiii...". Entah dari langit mana datangnya skenario dipaksa makan permen yang ternyata adalah obat bius dan kemudian dibawa pergi oleh orang tak dikenal lalu dikembalikan ke sekolah dengan rambut acak-acakan dan di rumah berlagak sempoyongan karena masih ada efek obat bius dari permen tersebut.
Entah siapa yang harus disalahkan saat ini. Mungkin kita hanya bisa merevisi ulang kata-kata yang kita ucapkan ketika seorang adik berulang tahun, "Semoga jangan terlalu cepat besar ya, dik!".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar