Saya menyukai tokoh Olive Panderghast
yang diperankan oleh Emma Stone di dalam filmnya yang berjudul Easy A. Sebenarnya ini merupakan
sebuah film remaja bertemakan kehidupan anak SMA yang penuh dengan rumor-rumor namun
dengan sangat pintarnya Will Gluck membuat alur yang cerdas dan tidak murahan
seperti film-film remaja lain.
Tokoh Olive di sini merupakan
korban dari rumor yang berkembang dengan dahsyat dan cetar. Olive yang pada
awal film bilang “I used to be anonymous, If Google Earth were a guy couldn't
find me if I was dressed up as a 10-story building” tiba-tiba menjadi terkenal
begitu saja hanya karena rumor negatif bahwa ia baru aja kehilangan
keperawanan. Dan yang saya suka dari Olive ini adalah, caranya menanggapi rumor
tersebut. Bukannya malah galau atau stress atau menangis semalam dan mengupdate
status lewat facebook macam yang dilakukan generasi jaman kuda gigit genteng
sekarang ini, tapi Olive malah menyerang balik orang-orang satu sekolahan yang
menggosipkan dirinya dengan berdandan seperti apa yang benar-benar mereka
gosipkan, yaitu menjadi pelacur.
Olive seakan-akan berusaha
menciptakan image pelacur. Bahkan ia dengan gokilnya meniru drama Scarlet Letter dengan memasang tanda huruf A di dada kiri. A for Adulterer. (but di dialog film Olive bilang A is Awesome wkwk..) Walaupun pada kenyataannya image pelacur yang Olive buat
telah banyak sekali membantu teman-teman di SMA nya yang mempunyai permasalahan
dengan pencitraan –saya heran kenapa di luar sana kata JOMBLO adalah sebuah
kata yang paling menjatuhkan harga diri kayaknya. Mereka meminta bantuan Olive
untuk berbohong pada orang-orang kalau mereka berkencan dengan Olive yang notabene
sekarang berimage cewek cantik gaul dan lacur. Olive berbohong, dan voila! Anak-anak
kurang gaul pun mendapatkan tempat untuk bergaul. Memang, masalahnya gak
penting dan sepele banget. Tapi inti ceritanya justru bukan disitu.
It’s all about how people are
more interested in bad news and issues rather than good news and facts.
Rata-rata orang lebih senang
untuk membicarakan hal yang masih diawang-awang. Masih belum jelas kebenarannya.
Dan lebih parahnya lagi, ada orang yang berbaik hati untuk menyebarkan berita
yang belum jelas bagaimana titik terangnya tersebut. Menurut saya itu hal yang
sangat bodoh dan terlalu sok-sok an sekali menjudge orang hanya berdasarkan
pada suara-suara liar yang entah dari mana datangnya.
Tapi untuk saya pribadi, saya
mulai menekankan dalam hati bahwa gak ada gunanya memikirkan kata-kata orang
yang gak sesuai dengan bagaimana kita yang sebenarnya.
Kita gak akan bisa
menilai sebuah film itu bagus atau buruk, menarik atau membosankan tanpa menontonnya
secara keseluruhan.
Kalo kamu menilai saya hanya dari lubang pintu yang kecil
dan sempit, maka itulah yang kamu lihat tentang saya. Kamu melihat beberapa
persen tentang saya dan kemudian menambahkan kepingan-kepingan yang kamu buat
sendiri untuk menggambarkan tentang saya, terserah. Toh kamu memandang saya
dari angle itu. Angle lubang kunci yang kecil. Atau kamu bisa membuka pintu
tersebut dan melihat sendiri seperti apa saya sebenarnya, berbicara untuk
mengetahui bagaimana saya berpikir, bagaimana saya bersikap, juga terserah.
Olive Penderghast: The rumors are
true. I am, in fact, considering becoming an existentialist.
:v
yeah, sometime.
2 komentar:
Wah wah... Ungkapan hati banget ya Jiji niez... Knp kamu harus pusing dengan tanggapan orang lain?? You are you... I think you are a unique person.. Nice post! Like it:)
hmmm.. tentang pencitraan dan apa yang dicitrakan serta bagaimana orang memandang apa yang mereka lihat dari pencitraan. *manggut 3x*
Posting Komentar