Saya terlalu takut. Saya tak
tahu. Apa ini salah saya? Karena semua orang menganggap begitu. Saya cuma bergumam
di dalam pikiran kecilku, bahwa saya tak mau. Bukan karena saya tak peduli, tapi
karena saya tak mau, lagi, saya tak bisa.
Entah
kenapa. Jangan tanya.
Tatapan
sinis, pandangan miring, itu semua yang saya lihat. Yah, mereka menganggap ini
salah. Tapi, saya? Saya juga menganggap begitu. Tapi pikiran kecil menghalangi
semua ini. Dan lagi, saya merasa seperti terhimpit antara apa yang saya mau dan
yang tidak bisa saya lakukan.
Ini
sinting, saya tahu.
Mereka
semua pikir saya tak dewasa, tak punya perasaan, kejam, jahat, tidak sayang,
tidak peduli. Yah, mungkin mereka benar, atau saya yang tak sadar. Saya tahu,
bukannya saya tidak peduli, tapi ada sesuatu yang saya tahu mereka tak tahu.
Kau kira saya tahu apa yang mereka tidak tahu? Saya juga tidak, kalau mau jujur.
Bodoh.
Ini bodoh.
Yah,
maaf. Dilema bodoh ini bergerak dalam pikiran saya setiap hari, setiap saat, dan
apa yang saya lakukan? Saya lari. Seperti biasanya. Saya lari, melawan arus emosi.
Apalah
yang mereka katakan, Saya tak peduli. Memangnya ini semudah yang mereka pikir?
Apakah apa yang saya pikir dapat saya utarakan? Saya sendiri tak tahu apa yang
sedang saya pikirkan. Yang saya lakukan adalah lari, seperti biasanya. Saya lari, melawan arus emosi.
Kebodohan.
Kekanak-kanakkan, mereka bilang.
Huh,
mulut-mulut pedas tak tahu apa-apa, lebih baik kalian semua itu bungkam. Dan
jangan urusi saya. Biarkan saya terlantar, seperti anak bayi tak ber-asa.
Meskipun tidak begitu kenyataannya. Yah, ini memang salah saya.
Sebenarnya
apa yang sedang coba saya katakan? Semua ini sia-sia. Kalau saya tidak melangkah,
atau sedikit memberanikan diri menghapus bayangan-bayangan yang
tidak pernah terjadi, mungkin mereka akan menghormati saya sedikit akan hal ini.
Atau saya sedikit membuka mata dan memakai kacamata baru agar semua terlihat
jelas.
Tapi,
ah, bagaimana seharusnya? Bodoh. Saya ini bodoh. Tak bisa melawan diri saya sendiri. Padahal ini hal sepele, seperti yang dilihat oleh mata-mata orang
lain. Sepele. Se-pe-le.
Tapi
maaf, sepele-mu, bukan sepele-saya. Meskipun kucoba membuatmu mengerti dengan
segala bahasa yang saya mengerti, kau pun takkan mendengar. Apa gunanya semua ini?
Sial.