Senin, 10 Maret 2014

To The Jungle (part 1)

Alhamdulillah masa-masa sulit di kuliah berakhir. Iya, masa-masa sulit kuliah saja. Sebelumnya saya menyadari sepenuhnya, akan ada banyak lagi masa-masa sulit setelah urusan perkuliahan ini berakhir. Pada tanggal 22 Februari 2014 kemaren, alhamdulillah saya mengakhiri fase "pelajar" dalam hidup saya. Maksud saya pelajar yang resmi hahaha.. karena tentu saja, menjadi pelajar tidak hanya di lembaga-lembaga pendidikan semata, di luar dari itu malah lebih banyak lagi ilmu yang bisa kita peroleh, bahkan hanya dengan ber observing. (kecuali kalo saya nyambung lagi S2, barulah saya kembali menjadi pelajar resmi dan saya memang berniat ingin kuliah lagi, tapi saya pengen untuk bekerja terlebih dahulu).

Dengan telah terwisudanya saya, maka banyak hal yang telah dan akan berubah pastinya. Free time semakin banyak, lebih sering malas-malasan, positifnya saya lebih banyak membaca buku karena ketika jaman kuliah kemaren saya selalu haus akan membeli buku, namun hanya beberapa yang dibaca karena sedang kalut dengan urusan per-skripsi-an :D, plus hilangnya kegiatan orang-orang terdekat yang bertanya "KAPAN WISUDA?" hahaha..

Di samping itu, hal yang juga menjadi perhatian saya setelah dua minggu resmi menjadi Job Seeker ini adalah BANYAKNYA TEMAN SAYA YANG TIBA-TIBA MENGIRIMKAN UNDANGAN PERNIKAHANNYA KE RUMAH. ya tuhan, saya menjadi berpikir, apa yang membuat mereka untuk memilih mengikat diri mereka dalam lembaga pernikahan secepat ini? Atau mungkin, bukan mereka yang cepat dan terburu-buru, mungkin saja SAYALAH YANG TERLALU LELET! HHAHAHAH

Memang orang tua saya belum tergesa-gesa untuk memiliki seorang menantu. Tapi, dalam penilaian dari diri saya sendiri, saya belumlah termasuk tipe orang yang telah siap untuk berumah tangga. Berhubung dalam seminggu ini udah 3 buah undangan yang saya terima, maka sebuah pertanyaan pun menggelitik hati dan otak saya, Mampukah saya untuk juga segera menuju ke jenjang pernikahan dan membentuk sebuah keluarga? 

Memang secara fisik -terlebih karena hormon estrogen saya sudah berfungsi secara aktif- (dan umur, mungkin) saya sudah pantas berkeluarga, namun secara mentally, kepribadian, pemikiran, serta ego, saya belum matang. Faktor 'keuangan' pun saya belum mapan, akan tetapi wanita tidak perlu diperhitungkan penghasilannya bukan? (meskipun begitu saya tetap ingin sekali bekerja). Saya belum dewasa karena saya menganggap saya masih dominan memikirkan diri sendiri. Saya akui, saya tipe orang yang egois. Ketika ibu saya sakit kemaren, barulah saya tersadar bahwa saya sebagai anak satu-satunya, tidaklah pantas untuk berpusat pada diri sendiri. Barulah saya tersadar bahwa sayalah yang selanjutnya yang akan bertanggungjawab. Sayalah yang akan memegang tongkat estafet selanjutnya untuk mengurus keluarga ini. Dan sayalah yang akan mengurus mereka, orang tua saya, karena hanya sayalah yang mereka miliki. 

Saya masih belajar untuk itu, dan masih banyak lagi hal yang harus saya pelajari dan dibiasakan agar nanti hal-hal kecil pemicu permasalahan dalam rumah tangga lebih diminimalisir. Karena menurut saya, berkeluarga adalah sebuah kegiatan yang wajib dan hanya (harus) sekali terjadi seumur hidup, dan pernikahan adalah lembaga yang sakral, serta berumah tangga adalah sebuah hal yang rumit, rumit! Berkeluarga bukan hanya mengenai pertambahan anggota baru dalam keluarga besar, melakukan hubungan seks, dan mempunyai anak, tapi lebih, lebiiihhhh dari itu, berkeluarga berarti juga mengenai bertanggung jawab, loyalitas, kejujuran, kesetiaan, dan banyak hal lainnya. Dan jelas saya belum siap berumah tangga apabila tanggung jawab untuk diri sendiri dan memikirkan diri sendiri saja saya belum bisa sepenuhnya. 

to be continued...

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails