Sabtu, 22 Januari 2011

Dua Dua


Aku menyukai hari yang bertanggal kamu, dua dua.
Setiap melihat kalender, yang pertama aku lihat adalah kamu, dua dua.
Dua dua.
Sembilan bulan lalu aku mulai menyukaimu, dua dua.
Dan pada bulan-bulan berikutnya, aku menantikanmu hadir di hariku, membawa dia serta, yang juga menyukai tanggal dua dua juga, untukku.
Ups. Mungkin memang banyak yang menyukaimu.
Tapi, aku berdua dia, menyukai kamu, dua dua, karena alasan yang sama.
Dua dua, aku berdua dia, akan bertemu lagi hari ini.
Hari ini, tanggal dua dua.
Sama seperti dua dua yang telah kami lewati berdua.
Hanya berdua saja, dua dua.
Tak banyak yang ingin aku pinta pada dua dua kali ini.
Cukup dua saja.
Semoga kami dapat mencintai karenaNya,
Serta, semoga akan ada lagi dua-dua berikutnya, yang tersedia untuk kami berdua.
Amin :)

Sabtu, 15 Januari 2011

Tidakkah mereka... Tidak.

Apakah saya masih tidak layak untuk diberikan kebebasan memilih? 
Saya, seorang  anak. Berumur 20 tahun. 20. Dua puluh. Apakah saya masih belum bisa diberi kepercayaan? Dua puluh. Apakah saya dianggap masih dangkal dan labil? Oh, jika mereka melihat sedikit keluar sana, menjulurkan mata dan pikiran mereka, ke anak-anak yang berumur 20 di luar sana. Mereka akan melihat. Mereka akan tau, bahwa mereka memiliki anak yang pantas diberi kepercayaan.


Tidakkah mereka melihat, anak-anak disana, yang berumur 20 tahun. Dua puluh. Mempunyai mata yang tidak bersinar, dan tidak berminat untuk mengejar masa depan yang lebih baik?
Tidakkah mereka melihat anak-anak disana, yang berumur dua puluh tahun. Dua Puluh. Begitu leluasanya meninggalkan rumah pada malam hari demi segelas alkohol?
Tidakkah mereka melihat anak-anak disana, yang berumur dua puluh tahun. Dua Puluh. Meninggalkan rumah pada siang hari hanya untuk memberikan uang pada penjaja fashion untuk mendapatkan berkantong-kantong topeng? Ah. maksudku, pakaian?
Tidakkah mereka melihat anak-anak disana yang berumur dua puluh tahun. Dua Puluh. Begitu leluasanya menggerayangi tubuh pasangannya, dan menganggap mereka berhak memiliki tubuh tersebut, seperti anjing, memiliki nafsu yang besar, dan tidak bisa mengontrol? 

Seperti itukah aku, wahai orang-orang yang menyayangiku? Aku. 20 tahun. 20. Dua puluh. Dua puluh tahun kita bersama. Tidakkah mereka tau seperti apa aku. Seperti apa pemikiranku. Seharusnya mereka tau, bahwa aku, anak dua puluh tahun, sudah bisa berpikiran dewasa. Berpikiran lebih baik, dari mereka, anak-anak yang berumur dua puluh tahun lainnya.


Aku tidak mereka. Aku membuat langkah untuk masa depanku.
Aku tidak mereka. Aku lebih berdiam di rumah.
Aku tidak mereka. Aku lebih memilih buku daripada topeng, ah... maksudku pakaian.
Aku tidak mereka. Aku menyayangi dan menghargai kekasihku, yang menyayangi dan menghargai aku.

Tidakkah mereka tau, bahwa aku, layak untuk mendapatkan kepercayaan dari mereka? 
Tidakkah mereka tau, bahwa aku, anak dua puluh tahun, berhak untuk memilih seperti apa masa depanku?
Tidakkah mereka tau, bahwa aku, punya otak, untuk berfikir, dan mempertimbangkan manakah hal yang terbaik untuk aku, dan mereka?
Tidakkah mereka tau, bahwa aku, telah lama memendam, mempurukkan, dan menumpukkan pilihan-pilihanku?
Tidakkah mereka tau, tumpukkan pilihan ini, hanya keluar, sebagai air mata

Tidak. mereka tidak tau. 

Sekarang. Pilihkan aku pilihan. Apa saja. Aku akan mengekor. :(

Kamis, 13 Januari 2011

Mimpi. Genre: Sci-Fi

Ketika saya menulis ini, saat ini merupakan malam dimana siangnya saya menghadapi hari ketiga ujian akhir semester. Dikarenakan besok tidak ada ujian, jadi malam ini saya bisa bersantai menikmati kehidupan yang fana ini. Rencananya malam ini saya hendak belajar memainkan lagu Naff-kesempurnaan cinta dengan gitar, Kenapa gitar? dan kenapa lagu Naff? karena saya terinspirasi dengan teman dekat saya yang bernama Fadhila. Dia pintar sekali mainin gitar. Saya gak suka Naff, tapi gara-gara dia nyanyi sambil ngejreng gitar, saya jadi suka (cuman lagu itu aja). Namun, niat tersebut kandas ketika tibalah saatnya saya harus mengejreng di nada F. Saya yang masih belum hafal chord gitar dan masih harus dipandu dengan chord yang saya donlot dari internet pun bingung melihat gambar chord F. Disitu ada 5 titik. Pertanyaannya adalah, dimanakah saya harus meletakkan 3 jari saya untuk menghasilkan nada F ketika digejreng? Sungguh nista, kawan.. saya nyerah. Digejreng di titik mana pun hasilnya beling-beling melengking.

Ditengah rasa kegalauan tersebut akhirnya saya memutuskan untuk menulis saja. Saya ingin memverbalkan serta meuraikan mimpi saya yang sangat aneh. Aneh. Bergenre Sci-Fi, atau science fiction. Fiksi Ilmiah. -_-

Didalam mimpi saya tersebuut ada laser, manusia terminator, UFO, senapan rifle, dan disitu saya dikejar2 sama orang-orang berbaju hitam dan berkacamata hitam ala FBI. Mimpi tersebut muncul di malam ketika Tim Garuda Indonesia melawan Tim Harimau Malaysia. Dan didalam pertandingan tersebut Malaysia memakai cheat laser. Hmm.. akhirnya saya tau sumber referensi mimpi yang bergenre sci-fi tersebut. Sungguh, entah kenapa, saya masih ingat 75 persen isi mimpi saya. Padahal, menurut oom Goggle, seseorang akan kehilangan mimpinya 85 persen ketika dia bangun.

Anehnya, mimpi tersebut bersambung, dua hari berturut-turut. Mimpinya dibagi menjadi dua bagian layaknya pelem Harry Potter 7.

Mulai penasaran kaan? Bagi yang tidak penasaran, silahkan minum air putih, tenangkan diri anda sejenak, zikir, lalu baca lagi postingan ini dari awal. Bagi yang penasaran, inilah dia, mimpi jiji_niez dimalam yang nista bergenre sci-fi !

Didalam mimpi tersebut, saya tiba-tiba berada di ruangan sebuah rumah kosong, tak ada barang-barang seperti lemari, meja, atau kursi disana. Cat dinding berwarna biru muda yang menghiasi dinding ruangan tersebut sudah mulai mengelupas. Disana saya berada bersama seorang kakek-kakek tua yang memegang senapan laras panjang (rifle), berbaju lusuh berwarna abu-abu, rambut gondrong yang telah memutih. Tipikal orang tua yang ada di film Blade, masih kuat, dan cerdas.

Disana, aku dan kakek tua fantastis tersebut berlarian karena dikejar peluru laser yang datang dari arah pesawat berbentuk UFO. Laser tersebut bisa memantul, sehingga kemanapun berlari, laser tersebut dapat menemukan kami. Laser tersebut berwarna bright blue (dan laser yang ditembakkan suporter Malaysia ke arah Markus berwarna hijau, sodara). Kami terus-terusan berlarian, melewati gedung-gedung yang disinyalir adalah gedung kosong, jalanan berlumut, dan sebagainya dan sebagainya, saya lupa.

Seperti mimpi orang-orang kebanyakan (yang saya dengar), tiba-tiba saya sudah berganti lokasi saja. Tiba-tiba saja saya berada di Barak F kampus (di Universitas Andalas, cafe disebut barak). Barak tersebut kosong melompong, sepi, tidak ada orang. Hanya ada aku dan si kakek fantastis. Dari situ terlihat pesawat UFO itu masih menembakkan laser birunya ke segala arah.

Kemudian, aku melihat kakek itu berbicara sesuatu dengan seseorang dengan sejenis wide band receiver. Aku sih didalam mimpi itu terlihat nggak ngeh dan tetap fokus pada sinar laser nista tersebut. Lalu, tak disangka tak dinyana, muncullah dua orang yang ternyata adalah rekan kami. Yang pertama berbadan tinggi tegap memakai baju hitam, nggak jelas itu siapa, namun orang yang disebelahnya sangat saya kenal. Badannya kecil mungil, rambut ala Justin Bieber, berbibir  tebal, suka goyang-goyang gak jelas ala cowok-cowok imbisil Korea. Dia. Adalah. Cosma Putra Warera, sodara-sodara. Di kampus, saya biasa memanggilnya Bang Cos. Dia adalah senior saya di Genta Andalas. Orangnya gila minta ampun, narsisan, dan mempunyai suara mirip Yuni Shara.

Namun, didalam mimpi saya kali ini, ia berubah menjadi sosok yang cool. Tidak ada goyangan imbisil. Tidak ada suara-suara mirip Yuni Shara yang terdengar. Tetapi suara,”Akhirnya kamu berhasil lolos dari mereka,” ujarnya pada saya. Kemudian dia menyunggingkan senyum macho. Benar-benar tak seperti Bang Cos yang saya kenal. Tangan sebelah kanannya pun sudah dilengkapi senjata yang menempel ke dagingnya layaknya terminator. Kemudian, di mimpi tersebut, saya tersenyum kepadanya.

Sejurus kemudian, datanglah dari arah belakang, seorang pria berjas hitam berkacamata hitam keluar dari mobil lancer berwarna hitam juga. Di mimpi itu saya berpikir kalau dia juga rekan kami. Ternyata, ketika pria itu mendekat, ia mengoleskan cairan berwarna hijau bening ke tangan kiri saya, yang ternyata adalah Cairan Radar ! Oh. My. God. Lalu ia berkata, “Dengan ini, kami bisa melacak posisimu”.  Dan saya pun terbangun.

Malam kedua. Tidak ada kakek tua fantastis, tidak ada medan peperangan, tidak ada laser-laseran, tidak ada Cosma, dan tidak ada cairan radar. Kali ini saya berada disebuah rumah kos. Disitu saya menjadi penghuni baru kos-kosan tersebut. Saya masih ingat, didalam ruangan kosan tersebut dindingnya dilapisi cat berwarna putih, dan perabotannya pun rata-rata berwarna putih. Jendela, pintu, semuanya putih. Tak lama setelah saya masuk dan menjadi penghuni baru rumah kosan tersebut, masuklah seorang laki-laki, memakai kacamata, tampilannya agak-agak lugu polos labil, dan tinggi. Saya tidak tau itu siapa. -_-

Ceritanya laki-laki itu juga menjadi penghuni baru di kos kami. Di mimpi itu, saya dan dia sahabatan dan berteman dekat. Saya lupa entah bagaimana kejadian selanjutnya, tiba-tiba pada suatu hari, datanglah wanita berpakaian hitam ketat layaknya pakaian Cat woman, berambut cepat, berkacamata hitam, membawa senapan rifle, dan mendobrak pintu kosan kami dengan kakinya. Kemudian wanita itu menembak satu persatu teman-teman kos saya. Ini adalah musuh saya! di mimpi tersebut saya teringat kembali akan pria yang mengoleskan cairan radar ke tangan saya. Hingga akhirnya yang tersisa hanyalah saya, laki-laki lugu berkacamata hitam sahabat saya, wanita tersebut, dan kenangan.

Kemudian ia mengejar kami di lorong-lorong rumah kos tersebut sembari terus-terusan menembak. Hingga akhirnya kami sampai di luar rumah kos, dan kami saling berhadap-hadapan. Sekarang, wanita itu tidak hanya membawa rifle, tapi juga Lading. -_-

Saya dan wanita tersebut satu lawan satu. Dia dengan ladingnya, dan saya dengan tangan kosong. Kemudian entah kenapa saya merebut lading yang bermasalah tersebut, dan menyerahkannya kepada laki-laki lugu dan polos sahabat dekat saya tersebut. Kenapa saya memberikan lading tersebut ke dia? Karena saya pikir ia laki-laki, pasti bisa melumpuhkan wanita binal tersebut. Tapi, lagi-lagi tak disangka tak dinyana, laki-laki berkacamata lugu dan polos tersebut malah menyerangku dengan lading ! Oh shit. Dasar pembelot !

Sadar dikhianati, akhirnya saya lari, menjauhi mereka berdua. Saya lari menuruni bukit. Ternyata kosan saya berada di daerah perbukitan (turunannya persis seperti taman rumput didepan rektorat Universitas Andalas) diujung sana saya melihat laut biru, dan setelah penurunan tersebut, mengangalah hutan.

Kemudian saya masuk ke hutan. Mereka berdua, wanita imbisil dan pria berkacamata yang lugu dan polos tersebut terus-terusan mengejar saya. mereka berdua yang entah seorang sprinter atau bagaimana, sangat cepat larinya. (bahasa saya mulai kacau. Mudah2an pembaca mengerti). Mereka mengarahkan lading tersebut ke arah saya. lalu layaknya bumerang, lading tersebut kembali ketangan mereka berdua. Punggung saya pun tergores lading. Mereka semakin dekat saja, sementara kekuatan saya makin melemah karena punggung yang terluka.

Lalu, entah kenapa, saya melewati taman kanak-kanak, dan melihat anak-anak TK beserta orangtuanya berenang di sebuah kali (saya heran, mengapa tidak di kolam renang? Hm). Di dalam mimpi itu, layaknya Harry Potter yang sadar akan sesuatu dan menguak sebuah kebenaran, saya sadar, saya mempunyai kekuatan didalam air. Dan mereka berdua mempunyai kekuatan di daratan. Mungkin, didalam Avatar The Legend og Aang, saya ini adalah Katara, si pengendali air, dan mereka berdua adalah pengendali bumi :D. Tapi didalam mimpi ini tidak ada unsur pengendalian, hanya kemampuan saja. Saya lebih ahli di air, dan mereka lebih jago  di daratan, begitu.

Dengan berbekal kesadaran tersebut, saya lari ke arah laut. Mereka terus saja mengejar. Hingga akhirnya, saya melihat lautan, dan dermaga. Untuk mencapai dermaga, di mimpi itu saya melewati papan-papan yang digantung dengan tali layaknya rintangan outbond -_- Ketika sampai di dermaga, dengan mereka yang terus mengejar, saya memutuskan untuk melompat ke lautan. Dan saya terus berada di lautan sampai langit berubah jadi hitam dan mereka tak lagi kelihatan.

Kemudian, setelah saya merasa aman, saya kembali ke daratan, dan masuk ke rumah kos. Ternyata, teman-teman saya yang tertembak tadi, sudah sehat walafiat seperti tak terjadi apa-apa.

Gitu deh.

Aneh memang. Dan saya merasa, inilah mimpi tercanggih yang pernah saya alami. Mungkin ini merupakan isyarat bahwa saya harus mengirimkan naskah mimpi saya ini ke Sutradara Hollywood untuk di jadikan layar lebar. Dan tokoh “saya” diperankan oleh Keira Knightley. :*

Saya juga bingung mimpi ini maksudnya apaan. Yah.. semoga memang hanya sebatas hiburan dikala tidur saja yaa..

Tapi..kalau ada yang paham artinya (semoga ada psikolog yang membaca ini), kasih tau saya ya..
Ciao !



begini UFO nya kira-kira :D

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails