Kamis, 31 Oktober 2013

Ketika Kucing Kenyang


Saya hanya sedang menikmati ketidakpedulian ini. Saya peduli dengan apa-apa yang ingin saya pedulikan saja. maaf untuk yang merasa teracuhkan oleh saya, cuman pengen ngomong itu sih. dan ketika kamu-kamu protes mengapa saya berubah mengapa saya tidak seperti dulu dan mengapa saya acuh tak acuh, saya akan menjawab dengan berbagai macam alasan yang akan membuat kamu-kamu percaya bahwa saya ini tetap peduli dan karena suatu hal menjadi tidak peduli. Lalu, apa alasan saya yang sebenarnya tentang kenapa saya bersikap tidak peduli? Nothing. Ya, gak ada. Saya hanya merasa ingin tidak peduli saja. Saya sedang menikmati mood keegoisan saya saat ini. Tak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini karena pelaku tunggalnya hanya saya seorang. Sungguh saya tidak menyalahkan siapa-siapapun untuk saat ini. Dan saya hanya menyalahkan siapa-siapa hanya untuk dikonsumsi pribadi saja agar kasus penyalahan siapa-siapa tersebut membuat hati saya lega agar diri ini tidak terlalu menyalahkan diri sendiri dan tentu saja, semua itu demi kepuasan hati saya dalam beregois ria.

Yah, yang penting saya tidak merugikan kamu-kamu semua dengan menuduh kamu-kamu sebagai penyebab kenapa saya egois seperti ini. Kecuali kalau kamu merasa dirugikan dengan sikap keegoisan saya. Untuk itu, saya mohon maaf, namun saya tetap tidak peduli, dan maaf tersebut pun mungkin saya ucapkan dengan sangat malas dan terpaksa. Apabila kamu marah pun percuma karena saya tidak peduli. Untuk itu tak ada jalan lain bagi kamu selain menerima ketidakpedulian saya dengan tidak marah-marah. Namun kamu juga berhak untuk tetap marah dan sekali lagi saya tidak peduli lagi.

Kalau saat ini kamu merasa marah pasti kamu ingin saya memperhatikan kamu marah dan membuat saya bertanya padamu "kenapa kamu marah?" dan kemudian ingin membuat saya bertanya "apakah kamu marah karena aku?" dan kemudian kamu ingin saya membuat pernyataan "maafkan aku kalau aku yang membuat kamu marah". Jika memang benar begitu, makanya saya bilang tadi-tadi, berhentilah marah-marah karena saya tidak sedikitpun peduli akan kamu dan tidak sekalipun ambil pusing atas kemarahan kamu-kamu semua. Egois sekali kan? Dan saya menikmati itu bagaimanapun juga kamu sewot-sewot. Atau kamu juga bisa menelan semua kemarahanmu sendiri dan tetap bersikap seperti biasa padaku. Atau kamu juga bisa pergi dari kehidupanku untuk sementara waktu dan kemudian aku akan memohon untuk kau kembali lagi ketika aku sedang peduli pada kamu-kamu semua. Dan mungkin kamu semua akan marah jikalau aku begitu, dan mungkin pada waktu itu aku akan sangat peduli jika kamu marah. Aku akan mengabulkan semua pengharapanmu dengan bertanya "kenapa kamu marah?" kemudian bertanya lagi "apakah kamu marah karena aku?" dan kemudian mengatakan sebuah pernyataan yang sangat-sangat ingin kamu dengar, "maafkan aku kalau aku yang membuatmu marah". Dan untuk saat ini tidak. Aku tidak peduli. 

Begitulah halaman kesekian diary Laras yang saya buka secara acak dan saya baca malam ini. Tak bisa saya bayangkan ada orang yang hidup seangkuh dan seegois Laras. Dan saya, tetap mencintainya, bagaimanapun jelek sikapnya. Dan ia tetap tidak memperdulikanku, egois, seperti kejujuran yang sesaat lalu telah kubaca.

Minggu, 27 Oktober 2013

Kosong.

Banyak hal yang terjadi. Pengkhianatan, pengakuan, jatuh cinta lagi, pencitraan, kekecewaan, pengharapan, rasa bersalah, bahagia, semuanya menjadi satu dalam minggu terakhir ini. Dan, sejujurnya, Laras menikmatinya. Bahkan sampai hal-hal yang buruk sekalipun, lamat-lamat mengecap setiap tetes rasa sakit yang ia rasakan, dan menghayati setiap momen pengkhianatan dan jatuh cinta-lagi. Barangkali, inilah kelelahan hati. 
Laras tak banyak berpikir lagi tentang perasaan. Tak banyak melibatkan otak lagi. Hampa. Ia hanya menjalankan semua yang terjadi. Sebab ia terlalu lelah memikirkan antara benar dan salah, sakit dan bahagia. Tak peduli apapun yang orang lain kerjakan, apa yang orang lain pikirkan, dan apa yang orang lain rasakan. Kini ia hidup untuk dirinya sendiri. 
Egois?
"Biarkan!" katanya.

Selasa, 22 Oktober 2013

cuih

kadang saya merindukan masa-masa saya duduk di bangku TK, gak ada beban. kerjaannya main makan ketawa bertingkah seenaknya.

saya cuman merasa belum siap untuk semua masalah ini.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails