Jumat, 27 Desember 2013

The L word



dari apa yang terjadi pada masa lalu dan sekarang, semoga saya tidak benci pada seluruh laki-laki di dunia ini dan menjadi lesbian. amin. :v
saya tidak menyebut semua laki-laki sama, sungguh!
dan menyukai wanita adalah hal yang sangat menyenangkan. tapi sayangnya, wanita pada umumnya adalah pesaing diantara sesama mereka *walaupun katanya mereka berteman* hahaha..
dan saya mengagumi wanita dengan sungguh-sungguh, segenap hati. 
dan laki-laki yang hadir di kehidupan sayalah yang sama. sama-sama bikin stres. mungkin saya tidak usahlah lagi berhubungan dengan laki-laki manapun hahahaha
yasudahlah, walaupun saat ini saya pengen teriak "brengsek!" "kantuik!" "kurang aja!" "saya gak bakalan peduli lagi titiiiiiiikkkkkk!!!!!" yah, lebih baik diredam aja. percuma.. nambah2 dosa aja. tapi sayangnya Kripik Lays yang tinggal separo menjadi korban pelampiasan saya. HANCUR SUDAH LAYS YANG TINGGAL SETENGAH GARA-GARA SAYA REMUK MUHAHAHAHAHAHANJING!
L di judul itu Lesbian, catet.

saya kesal sungguhan.
dan jijik!

Selasa, 24 Desember 2013

Lembaran (yang kali ini) Tanpa Tulisan

Lama gak mosting tulisan karena beberapa hal. Sebagian besarnya adalah karena saya lagi disibukkan sama tugas akhir, dan alhamdulillah dalam bulan ini sudah bisa kompre. Alasan yang lainnya adalah saya mempunyai hobi baru yang sangat-sangat menyenangkan akhir-akhir ini, mensketsa!
Hobi ini berawal dari Radite yang memamerkan sketsa wajah dirinya sendiri pada saya. Dan melihat itu, saya juga gak mau kalah, dan dalam waktu beberapa jam, saya bikin lah sketsa kasar wajah Radite. Sketsa saya yang pertama itu cukup gagal dengan kemiripan hanya 20% (pffft) dengan wajah asli Radite. Saya pikir, kok dalam sketsa wajah ini, si kudit lebih mirip Zumi Zola (pffft), dan kemudian, setelah memamerkan gambar kasar tersebut pada kudit, saya kembali fokus pada kegiatan lain dan membiarkan gambar tersebut begitu saja.
Beberapa hari kemudian, liat gambar kudit yang taleak sembarangan di karpet kamar di antara lembaran-lembaran revisi skripsi, terbersit untuk membenahi gambar sketsa tersebut. Kebetulan malam itu lagi gak ada kegiatan juga. Dan saking niatnya, saya liat-liat pidio youtube dulu sebentar tentang how to sketch. Dan setelah dapat gambaran cara ngebikin yang benernya, hobi ini dimulai :)


Dari sketsa wajah kudit yang ini lumayan mendingan mirip dibandingkan dengan sketsa yang lebih mirip zumi zolla yang kemaren. Namun sayang beribu kali sayang, KENAPA YA WAKTU ITU SAYA HARUS MEMAKAI KERTAS BEKAS REVISI SEKERIPSIHHH??? Jidat si kudit jadi bermotif tulisan kayak gitu. Saya ngutuk2 dalam hati. Sketsa yang lain juga bernasib sama, seperti ini:



yang ini adalah sketsa wajah teman saya, Yani, dan kakak laki-laki saya Tobey Maguire dengan tarantulanya. sangat sangat banyakkk kekurangan, apa lagi gradasi antara terang gelapnya, tingkat kedetailannya, dan, lagi-lagi, saya memakai kertas bekas sekeripsih. S*it!!
Dan saya publish ke facebook, dan eh, banyak yang ngasih semangat, hihihihih, dan saya langsung on fire menggebu-gebu dan berhasrat bernafsu dan libido saya lagi tinggi-tingginya untuk lebih banyak lagi ngegambar.
Dan dari itulah munculnya rentetan gambar yang masih amatir berikut iniiih:


Ini sketsa wajah kak intan, sketsa pertama saya yang menggunakan pensil selain 2b. melihat sketsa2 yang lalu yang kayaknya perbedaan antara terang dan gelapnya gak terlalu terlihat kentara, saya memutuskan untuk menambah amunisi lagi, pensil 4b. Biar pas yang bagian gelapnya jadi lebih kuat..


Ini sketsa wajah nova. pas yang ini belajar mengarsir, dan menurut saya kesalahan yang fatal ada di pencahayaan. Namun nafsu ngesektsa saya pada waktu itu masih menggebu nih :v


Ini sketsa wajah bg ari, senior saya di kampus. kalo di liat2 saya cuman detail di wajah. hal2 lain kayak baju, latar agak kurang begitu menarik perhatian (baca: malaaaasss) padahal hal2 kecil kayak gitu juga mempengaruhi hasil :3


yang ini Christian Bale, cover American Psycho (tanpa bercak2 darah :v). di gambar ini objek lebih ke kiri, hahaha


dan ini sketsa wajah yang terakhir saya gambar, Daron Malakian, gitaris System of a Down. Saya agak kesulitan menggambar rambut. Liat aja di gambar2 sebelumnya, rata-rata rambutnya gak bertekstur, saya arsir rata aja semua, hahaha.. Hal sulit yang lainnya yaitu waktu saya ngegambar telinga. itu juga agakkkkk susaaaaaaahhhhh, dan bajunya Daron (lagi-lagi karena malas) saya arsir gak rapih alakadar aja. Sungguh kemalasan ini bisa-bisa merenggut hal-hal baik yang seharusnya ada *tsah*...
Dalam hal mensketsa, saya cenderung lebih memilih objek yang karakternya jelas, kaya ekspresi, atau punya sesuatu yang unik dan beda dari objek2 yang lain. lebih semangat aja ngegambar objek2 kayak gitu. :) Sekarang lagi ngumpulin mood ngesketsa lagi, susah juga sih untuk ngegambar diantara persiapan ujian ini. yah, semoga awal tahun nanti mood ini udah terkumpul dan menggebu-gebu lagi, dan bersiap untuk bersenang-senang dengan kepingan puzzle yang baru ini.


Rabu, 20 November 2013

Menuju Malam

Aku pernah menjadi sangat setia. padamu, jingga. menantikan bertemu denganmu pada sore. menunggu saat-saat matahari hendak menuju ke peraduan. namun sekarang sungguh tak lagi sama. tak lagi kunikmati warnamu yang bergantung di langit biru. tak lagi. betapapun aku lama duduk menemanimu di penghujung senja. betapapun lamanya aku dan kau bercengkrama, bersama burung-burung yang terbang bergerombolan pulang ke sarang, sama seperti, bersama hingga aku dan kau pulang ke rumah masing-masing..
namun ini hampa. tak lagi ada yang terasa.
Dan kini, kulewati kau, menuju pada hitam. gelapnya sang malam. sungguh, ia lebih membuatku nyaman. ku lewati kau, hanya demi damainya bintang yang terang ketika hitam datang. ku lewati kau, dengan seluruh dan segenap kebejatan diri. dan aku tak tau, apakah nanti akan datang birunya pagi, yang terang, sebuah permulaan dari kau, yang nantinya akan lebih, lebih membuatku nyaman, dan membuatku melewati si hitam? Entah.
Kau, jingga yang terang, berjuang dengan segenap diri untuk tetap indah dalam waktu yang singkat. aku, sungguh pernah merasakan bahagianya bersamamu. aku pun tak menganggap hitamnya malam itu buruk. sungguh, ia hanya pengemis sinar. dan kau, lebih benderang darinya. seharusnya, aku tetap duduk bersamamu.
namun, kini tak lagi sama.
kulewati kau, jingga.

Jumat, 08 November 2013

Masih Hujan


Hujan ini akan berhenti. Begitu juga dengan segala masa-masa kelam yang menempamu berkali-kali, dari dulu, tak henti-henti. Hal-hal apakah gerangan yang terjadi pada masa lalumu itu? Dengan siapakah kau bermain? Sungguh sebetulnya aku sedikitpun tidak mengenalmu sepenuhnya, kecuali dirimu yang berbincang-bincang denganku. Selebihnya, apa yang kau lakukan ketika tidak bersamaku, atau apa kebiasaan yang tidak terlihat ketika tidak bersamaku, aku tidak tahu. Dan ketika berbincangpun, mujurnya kau terlampau jujur, membuka sisi gelapmu padaku. Sehingga dari apa yang aku tangkap selama ini bergaul denganmu, dengan mencoba membandingkan sisi gelapmu (yang pernah kau katakan padaku) dengan sisi yang lainnya yang secara tak langsung (atau mungkin tak sengaja?) kau perlihatkan padaku, aku ingin berkata, bahwa kau bisa jauh, jauh lebih baik dari ini. Dan jangan tanya kenapa aku percaya padamu.

Kamis, 31 Oktober 2013

Ketika Kucing Kenyang


Saya hanya sedang menikmati ketidakpedulian ini. Saya peduli dengan apa-apa yang ingin saya pedulikan saja. maaf untuk yang merasa teracuhkan oleh saya, cuman pengen ngomong itu sih. dan ketika kamu-kamu protes mengapa saya berubah mengapa saya tidak seperti dulu dan mengapa saya acuh tak acuh, saya akan menjawab dengan berbagai macam alasan yang akan membuat kamu-kamu percaya bahwa saya ini tetap peduli dan karena suatu hal menjadi tidak peduli. Lalu, apa alasan saya yang sebenarnya tentang kenapa saya bersikap tidak peduli? Nothing. Ya, gak ada. Saya hanya merasa ingin tidak peduli saja. Saya sedang menikmati mood keegoisan saya saat ini. Tak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini karena pelaku tunggalnya hanya saya seorang. Sungguh saya tidak menyalahkan siapa-siapapun untuk saat ini. Dan saya hanya menyalahkan siapa-siapa hanya untuk dikonsumsi pribadi saja agar kasus penyalahan siapa-siapa tersebut membuat hati saya lega agar diri ini tidak terlalu menyalahkan diri sendiri dan tentu saja, semua itu demi kepuasan hati saya dalam beregois ria.

Yah, yang penting saya tidak merugikan kamu-kamu semua dengan menuduh kamu-kamu sebagai penyebab kenapa saya egois seperti ini. Kecuali kalau kamu merasa dirugikan dengan sikap keegoisan saya. Untuk itu, saya mohon maaf, namun saya tetap tidak peduli, dan maaf tersebut pun mungkin saya ucapkan dengan sangat malas dan terpaksa. Apabila kamu marah pun percuma karena saya tidak peduli. Untuk itu tak ada jalan lain bagi kamu selain menerima ketidakpedulian saya dengan tidak marah-marah. Namun kamu juga berhak untuk tetap marah dan sekali lagi saya tidak peduli lagi.

Kalau saat ini kamu merasa marah pasti kamu ingin saya memperhatikan kamu marah dan membuat saya bertanya padamu "kenapa kamu marah?" dan kemudian ingin membuat saya bertanya "apakah kamu marah karena aku?" dan kemudian kamu ingin saya membuat pernyataan "maafkan aku kalau aku yang membuat kamu marah". Jika memang benar begitu, makanya saya bilang tadi-tadi, berhentilah marah-marah karena saya tidak sedikitpun peduli akan kamu dan tidak sekalipun ambil pusing atas kemarahan kamu-kamu semua. Egois sekali kan? Dan saya menikmati itu bagaimanapun juga kamu sewot-sewot. Atau kamu juga bisa menelan semua kemarahanmu sendiri dan tetap bersikap seperti biasa padaku. Atau kamu juga bisa pergi dari kehidupanku untuk sementara waktu dan kemudian aku akan memohon untuk kau kembali lagi ketika aku sedang peduli pada kamu-kamu semua. Dan mungkin kamu semua akan marah jikalau aku begitu, dan mungkin pada waktu itu aku akan sangat peduli jika kamu marah. Aku akan mengabulkan semua pengharapanmu dengan bertanya "kenapa kamu marah?" kemudian bertanya lagi "apakah kamu marah karena aku?" dan kemudian mengatakan sebuah pernyataan yang sangat-sangat ingin kamu dengar, "maafkan aku kalau aku yang membuatmu marah". Dan untuk saat ini tidak. Aku tidak peduli. 

Begitulah halaman kesekian diary Laras yang saya buka secara acak dan saya baca malam ini. Tak bisa saya bayangkan ada orang yang hidup seangkuh dan seegois Laras. Dan saya, tetap mencintainya, bagaimanapun jelek sikapnya. Dan ia tetap tidak memperdulikanku, egois, seperti kejujuran yang sesaat lalu telah kubaca.

Minggu, 27 Oktober 2013

Kosong.

Banyak hal yang terjadi. Pengkhianatan, pengakuan, jatuh cinta lagi, pencitraan, kekecewaan, pengharapan, rasa bersalah, bahagia, semuanya menjadi satu dalam minggu terakhir ini. Dan, sejujurnya, Laras menikmatinya. Bahkan sampai hal-hal yang buruk sekalipun, lamat-lamat mengecap setiap tetes rasa sakit yang ia rasakan, dan menghayati setiap momen pengkhianatan dan jatuh cinta-lagi. Barangkali, inilah kelelahan hati. 
Laras tak banyak berpikir lagi tentang perasaan. Tak banyak melibatkan otak lagi. Hampa. Ia hanya menjalankan semua yang terjadi. Sebab ia terlalu lelah memikirkan antara benar dan salah, sakit dan bahagia. Tak peduli apapun yang orang lain kerjakan, apa yang orang lain pikirkan, dan apa yang orang lain rasakan. Kini ia hidup untuk dirinya sendiri. 
Egois?
"Biarkan!" katanya.

Selasa, 22 Oktober 2013

cuih

kadang saya merindukan masa-masa saya duduk di bangku TK, gak ada beban. kerjaannya main makan ketawa bertingkah seenaknya.

saya cuman merasa belum siap untuk semua masalah ini.

Kamis, 26 September 2013

Laras: Deodorant dan Pembalut

Masa muda Laras tak begitu secerah dirinya yang sekarang. Namun begitu, tetap tidak mengurangi rasa tertarikku untuk mengetahui setiap masa yang pernah ia lalui. Laras yang dulu penuh dengan masa-masa dimana ia ingin selalu dianggap dan dihargai. Tak ada hari tanpa ingin dipuja dan dipuji. Tak ada hari tanpa tak ingin dibenci dan menolak penolakan. Angkuh. Egois. Karakter Laras yang sangat aku kenal dan aku pahami.

Laras benci hari Sabtu. Bukan karena dia tidak punya cinta yang bisa dinikmati ketika malam datang. Bukan karena phobia atau apa, dan, sejujurnya, bukan karena hari Sabtu. Tapi, karena hari tersebut hari Sabtu, makanya ia benci. Di hari Sabtu sudah umum dan biasa bahwa anak-anak sekolah memakai baju pramuka. Dan itulah yang dibenci Laras. Baju pramuka. Bukan karena kurang modis, bukan juga karena Laras tak suka warna cokelat. Baju pramuka, membuat keringatnya terlihat jelas. 

Laras benci hari Sabtu, terlebih ketika ia menginjak sekolah menengah atas. Di sekolah menengah pertama, Laras tak mengacuhkan keringatnya. Mungkin, karena belum tau apa arti dari kalimat "menarik perhatian lawan jenis", atau kalimat "selalu terlihat menarik dan sempurna". Dan Laras tersadar akan hal itu, ketika ia masuk ke gerbang sekolah menengah atas. Sebuah tempat dimana nafsunya pertama kali ia buncahkan tanpa henti. Tempat tak terkendali. Dan saat itulah, Laras mulai khawatir dengan keringat.

Hiperhidrosis. Laras punya keringat berlebih dalam dirinya. Penyakit ini mengutuk seseorang menjadi selalu basah di tempat-tempat tertentu seperti telapak tangan, leher, ketiak, dan lipatan-lipatan tubuh lain. Naas bagi Laras, ia dikutuk di bagian ketiak. Dan laras malu akan hal itu, meskipun tidak bau. Menurutku, ia selalu wangi. Dan dia terlalu memikirkan daerah lembab di sekitar ketiaknya tersebut. Malu, karena jika orang lain melihat hal tersebut, Laras berpikir orang lain akan menjauh. Laras pun sepertinya paham betul bahwa hal tersebut akan mengurangi citra dirinya yang selalu mempesona. Laras pun sepertinya paham betul harinya akan rusak di hari Sabtu. Itu semua, pun juga karena Laras paham betul, orang-orang lebih cenderung melihat daripada memahami. 

Laras benci hari Sabtu. Dan pada Jumat malam, Laras stress dan depresi. Ia memukul-mukul ketiaknya sekuat tenaga. Mungkin ia berpikir, keringatnya tidak akan keluar lagi pada pagi harinya. Menurutku, ia sadar dan paham betul, bahwa memukul-mukul ketiak tidak berhubungan dengan tidak berkeringat lagi. Karena itulah kubilang Laras stress setiap Jumat malam. Sabtu paginya, Laras mengoleskan banyak sekali deodorant, berharap ketiaknya bisa tetap kering sekering pagi ini. Letih hati, letih mental, itulah hari di hari Sabtu Laras. Sampai akhirnya Laras menemui batas muak dan bencinya. Benci pada ketiak. 

Sabtu pagi di minggu berikutnya, Laras menggenggam gunting, dan kemudian mengangkat sebelah ketiaknya. Bulu ketiak Laras masih halus. Belum bisa digunting. Maka gunting tersebut Laras gunakan untuk menusuk-nusuk ketiaknya. Ke kedua ketiaknya. Hingga ketiak Laras berkeringat merah. Banyak sekali.

Sehingga, pada hari itu, Laras menemui hari Sabtu indahnya yang pertama. Ajaib, ketiaknya kering! Katanya padaku, ia berterima kasih pada sebuah benda. Bukan, bukan deodorant. Bukan juga pada gunting. Pembalut.

Selasa, 24 September 2013

Laras: Pigura

Sekarang hujan, pada malam di hari kedua kemarau. Walaupun dia ingin, aku yakin Laras tidak akan mengunjungiku pada saat ini karena ia tak suka kebasahan. Ia bukan tipe orang yang akan repot-repot menerobos hujan hanya demi makhluk sepertiku. Sulit membayangkan sosok Laras akan datang menemuiku di saat-saat begini, bahkan walaupun dengan ia menggunakan payung! Jika benar saat ini dia datang, maka pastilah untuk hal yang sangat penting baginya, dan, lagi-lagi, yang menguntungkan baginya. Namun begitu, aku juga pasti akan bahagia karena ia mau datang! 

Dan kemudian, aku memandangi Laras. Melihat senyumnya itu, hatiku merasa terbebas. Terasa jauh lebih ringan, terasa jauh lebih luas, terasa jauh lebih bebas. Bebas. Namun tetap di dalam kebodohan. Melihat raut wajahnya itu, akankah ia akan menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kelak? Akankah ia menemukan sosok yang membuatnya serasa bebas dalam kebodohan seperti yang aku rasakan sekarang? Akankah ia bahagia nanti dengan sosok itu? Sungguh, ketika kau denganku nanti, Laras, aku bahagiakan dirimu! Klise? Maka buktikanlah sendiri dengan tetap berada di dekatku! Akan kubahagiakan iblis tamak sepertimu ini, Laras.

Rasa ini sudah terlalu lama tak berbalas. Kau pasti tak kan tau, betapa sulit dan bahagianya menahan ini sendirian. Kau pasti tak kan tau, selagi kau sibuk beroportunis ria, ada seseorang yang akan rela dikacungi olehmu. Dengan rasa ikhlas, bahagia, dan... cinta? Cuih. Tapi itu memang nyata. Sungguh, saat aku berkata seperti ini pun, kau tetap tersenyum di depanku, Laras? Dasar kau monster! Setidaknya pasanglah sedikit wajah kasihan dan iba padaku, walau kau sedang berpura-pura!

Dan... Laras iblis.. kau tau, kau sangat manis dengan senyummu itu. Apakah gerangan yang akan membuatmu menangis? Apakah kira-kira yang akan membuat guratan-guratan wajahmu itu membentuk sebuah ekspresi yang bukan sebuah senyuman? Apakah yang bisa mengusir senyum itu dari wajahmu? Beritahu aku, dan aku akan menghilangkan senyum dari wajahmu, sekali saja. Agar kau marah padaku. Agar kau merajuk. Agar kau selalu ingat denganku. Lihat aku, Laras. Bahkan saat ini akupun ingin hadir dalam ingatanmu, walaupun dalam kenangan terburukmu. 

Dan, aku suka senyummu.

Tak henti-hentinya aku memandangimu malam ini, Laras. Walaupun malam ini kau hanyalah Laras yang hidup di dalam bingkai. Aku cukup bahagia.

Senin, 23 September 2013

Laras: Manusia Bodoh

Laras tak lagi datang malam ini. Padahal aku menunggunya sejaman lebih, namun tak kunjung juga ia menunjukkan wajahnya kepadaku. Entah apa yang terjadi akhir-akhir ini, entah apa yang sedang ia lakukan, aku tak tau. Aku hanya terus menunggunya.

Dia itu wanita yang tak tau apa-apa, tak menarik, tak dewasa, selalu putus asa, meragu, dan segala macam sifat negatifnya yang kutahu mungkin menutupi semua kelebihan yang ada pada dirinya. Namun, entah mengapa, aku menunggunya, lagi dan lagi, seakan-akan buta. Entah apa yang membuat aku berkeras hati menunggunya, aku tak tau. Aku hanya terus menunggunya.

Mungkin, aku yang terlalu keras kepala. Mungkin juga, aku yang bodoh. Dan mungkin juga, aku yang terlalu lugu.

Laras. Aku tau siapa dia. Dia itu monster. Aku sadar betul betapa iblisnya dia. Dia yang tak peduli bagaimana aku, dia yang selalu membuat aku melambung kemudian terhempas sampai mati rasa. Dia yang kejam dan brutal terhadap perasaanku. Sungguh, aku ingin berlari darinya. Namun, ada satu bagian dalam diriku yang membuat aku terus bertahan. Bertahan untuk disakiti, lagi. Dan herannya, tak kunjung jua ku temukan batas muakku.

Manusia bodoh. Aku tak percaya ada manusia bodoh di atas dunia ini. Manusia bodoh hanya ungkapan yang diberikan oleh orang-orang yang merasa orang lain bodoh. Ungkapan yang berasal dari orang lain. Sungguh aku tidak peduli bagaimana ungkapan dari orang lain sedikitpun. Namun, jika ada orang yang menganggap dirinya sendiri bodoh, maka dia hanya sekedar hilang akal, tidak tau lagi apa yang harus dilakukannya, dan untuk memuaskan otak karena tak tau jawaban dari 'apakah yang menyebabkan semua permasalahan ini terjadi?' dan kemudian mereka menjudge mereka sendiri bodoh. Intinya, ungkapan 'aku ini manusia bodoh' hanya ungkapan sementara. Hanya sebuah kamuflase. Sebuah mekanisme pertahanan diri.

Dan iya, saat aku tidak berada di dekat Laras, dan saat-saat aku menunggunya inilah otakku berkata bahwa aku manusia bodoh. Dan, aku sadar betul aku tidak bodoh. Kau tau, ini hanya kamuflase saja. Aku hanya belum menemukan jawaban yang sebenarnya tentang mengapa aku terus menunggunya. Kenapa aku selalu menaruh harapan besar pada iblis seperti dia. Kenapa aku selalu tergantung pada monster yang akan menggerogoti tubuh dan jiwaku dari dalam, dan mungkin akan terus begitu sampai aku lumpuh. Aku hanya terus menunggunya. Itu saja yang aku lakukan. Dan itu bodoh menurutku. Untuk saat ini.

Bercerita tentang Laras bagiku tak akan ada habisnya. Dia tak peduli sedikitpun tentang orang lain. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia akan melakukan apapun dengan siapapun. Selagi itu menguntungkan dan menyenangkan baginya, maka ia akan terus menerus berbuat seperti itu, sampai bosan, dan setelah bosan, maka ia akan kembali mencari rutinitas baru dengan seseorang yang baru, yang menguntungkan dan menyenangkan baginya. Dan dia, selalu mendapatkan sesuatu dan seseorang itu. Seakan-akan tuhan tidak menyiapkan sebuah karma baginya. Seakan-akan tingkahnya seperti itu dihalalkan di muka bumi.

Dan tentunya, tidak seorangpun yang akan merasa kalau Laras akan memanfaatkan dirinya sendiri karena Laras sangat pandai memainkan perannya. Laras bermain dengan sangat halus sehingga tak seorangpun yang akan sadar telah dimanfaatkan. Laras akan menutupi kebohongan yang satu dengan yang lainnya demi perannya tersebut. Dia, aktor antagonis dunia nyata yang tak kan terkalahkan. Aku belum menemukan orang yang bisa menyaingi kemampuan akting Laras. Dan hei! aku sadar aku dipermainkan. Tapi otakku untuk sementara ini bilang, aku ini manusia bodoh. Itu saja untuk kali ini.

Selasa, 10 September 2013

Runaway

You runaway from me And it’s too late to make you turn back now and it’s too late to fix everything and it’s too late for us You runaway from me take all the love you have take all the endearment take away your pain I let you walk in the darkness night i let you glowing by moonlight I let you get away from the sun And let me keep your reflection And let me keep your reflection I know you're sick and tired But there's nothing I can do Because i’m in pain too much Because i made a mess Because all of these uncontrollable And I let you run from me And I’ll save you from myself

Jumat, 06 September 2013

Sebuah Cerita yang Tidak Selesai

Selalu ada harapan di cerita yang tidak selesai. Harapan untuk menulisnya kembali, harapan untuk mengetahui bagaimana hasilnya nanti, harapan untuk selalu bisa membacanya nanti, sebagai tulisan yang utuh, yang layak baca, yang selesai. Namun, di cerita yang tidak selesai, selalu ada hambatan, rintangan, dan kendala untuk melanjutkan tulisan tersebut. Walaupun asa dan harapan selalu membuncah, namun di cerita tersebut, rintangan lebih besar dari segalanya. Sehingga, yang ada hanya cerita yang tidak tidak utuh, tidak layak baca, tidak selesai. Seluruh alur berhenti di tengah-tengah. Seluruh tokoh bahkan tidak mengalami perubahan atas dampak dari sebuah akhir cerita. 

Dan tahukah kamu, bahwa sebuah cerita yang tidak selesai, juga merupakan cerita yang selesai?

Tidak ada yang tidak selesai.

Senin, 26 Agustus 2013

Flash Fiction: Tentang Si Manusia Malam


Sekalipun pertemuan sore itu masih membayang di selusur ingatanku, aku masih lupa, atau barangkali samar-samar, untuk mengingat detail dirinya, bagaimana betul raut wajahnya. Yang kuingat hanya suasana pada sore itu. Karena ketika kami bertemu, hampir tak pernah aku menatap wajahnya secara langsung. Bagaimana bisa aku membuang sepersekian kesempatan yang diberikan waktu padaku untuk menikmati sore dengan menatapnya lekat-lekat, agar, yang kuingat sekarang bukan hanya suasana, tetapi juga orang itu.

Perlahan, aku memejamkan mata. Entah bagaimana drama ini akan berakhir. Entah kepada siapa hati ini tertuju, aku masih tidak mengerti. Bagaimana mungkin aku menjadi penghianat pada beberapa orang yang sudah begitu baik kepadaku.

Telah dua hari ini ia tak lagi biasa. Ia, manusia yang tak mau bertatap muka pada pagi dan matahari, selalu bersedia bertemu denganku saat malam. Dan dua hari ini tak lagi biasa. Apakah karena ia membenci pagi dan aku manusia penatap pagi kemudian ia juga menjadi membenciku?

Malam tadi, aku juga menunggunya, seperti malam-malam yang lalu. Tiga puluh menit, enam puluh menit, aku memicingkan mata menunggunya datang. Satu jam, dua jam, tiga jam, dan aku terlelap. Dan terjaga pada terangnya sinar matahari yang menyeruak masuk melalui celah jendela.

Di bawah matahari, kemudian aku mengawasi dirinya. Aku tahu kemungkinan bertemu dengannya pada saat terang ini adalah nol. Itulah mengapa, aku menganggap diriku menyia-nyiakan kesempatan yang datang pada saat senja itu. Dan aku tetap mengawasinya, menunggu si hantu malam itu khilaf dan keluar dari persembunyian, sembari aku berkhianat pada hati yang lain.

Pada malam berikutnya, aku dan dia akhirnya bertemu. Sebelum aku mengucapkan sepatah kata pun, tiba-tiba ia berucap, “Aku tak bisa menunggu orang yang tak tau kepada siapa ia memilih. Maka jangan lagi hidup pada malam, dan terjagalah pada pagi agar kita tak bertemu!”

Saat itu ada purnama. Indah. Aku tetap terjaga. Malam ini, aku akan melihatnya sendirian. Sendirian.

Benci untuk Mencinta

Oh betapa ku saat ini ku benci untuk mencinta. Mencintaimu.
Oh betapa ku saat ini ku cinta untuk membenci. Membencimu
Aku tak tahu apa yg terjadi antara aku dan kau.
Yang ku tahu pasti, ku benci untuk mencintaimu.
-Naif

Kamis, 22 Agustus 2013

Seseorang Dalam Cermin

Saya melihat dan mendengar seseorang berbicara di dalam cermin dan dia bilang:


Entah kenapa saat ini saya merasa bersalah dan kesepian dalam waktu yang sama, dan dengan orang yang sama. 
Entah kenapa saat ini saya merasa ingin menjauh sekaligus ingin kembali akrab seperti yang dulu dalam waktu yang sama, dan dengan orang yang sama. 
Entah kenapa saat ini saya merasa ingin jujur dan sekaligus ingin menutupi perasaan ini, dalam waktu yang sama dan dengan orang yang sama. 
Dan entah kenapa saat ini saya merasa ingin berhenti dan sekaligus ingin melanjutkan apa yang saya rasa, dalam waktu yang sama dan dengan orang yang sama.

Minggu, 18 Agustus 2013

Taman Bermain

Kali ini kamu seperti anak-anak. 
Kamu yang selalu suka dan tiap waktu selalu ingin naik Roller Coaster, 
Mendadak teralihkan karena Hysteria tiba-tiba hadir. 
Lebih seru. 
Lebih memabukkan. 
Dan untuk kali ini, lebih membuatmu ketagihan. 
Kamu ingin turun dari Hysteria dan berlari ke Roller Coaster. 
Namun Hysteria tak ingin berhenti.
Dan sehingga kamu terjebak.
Antara permainan baru yang menggoda, dengan permainan lama yang dulu selalu bermain denganmu. 
Dan kamu tersadar. 
Bahwa Hysteria tak berhenti, karena kau tetap memberikan koin untuknya agar terus bermain denganmu.
Bahwa Roller Coaster tetap berputar, agar kau tetap tertarik pada permainan yang biasa kamu mainkan.





Dan pada akhirnya kau berpikir,
Untuk meninggalkan taman bermain ini saja.




And I didn't mean for this to go as far as it did
And I didn't mean to get so close
And share what we did
And I didn't mean to fall in love, but I did
And you didn't mean to love me back
But I know you did.
(Plain White T'S - Lonely September)

190813
dan kamu baru saja tersadar, kalau Hysteria tahu koinmu terbatas untuknya. 
dan dia juga tahu, kamu bisa meninggalkannya dan kembali ke Roller Coaster, kapanpun kamu mau. 
Dan Hystria juga tahu, kamu akan tetap pergi, walaupun ia bersedia bermain denganmu, dengan ataupun tanpa koin.
Dan setelah semua terjadi, kamu masih saja bingung mau bermain dengan siapa!

Kebayang betapa brengseknya kamu?

MAAF!! :(

tapi, kamu tersadar betapa banyak kata maaf yang terbuang percuma.
galau saja sana!

#njis, hujan pula.

Senin, 12 Agustus 2013

Di Suatu Sore Yang Temaram

ini semua berawal dari perbincangan saya dengan rekan dan sodara seperguruan yang sama-sama bercita-cita ingin mewujudkan kampung halaman kami tercinta Cendung Gigapolis menjadi Cendung Terapolis, bang cecep. Disore hari yang temaram dimulailah percakapan yang terhubungkan lewat sebuah media metropolis mania bernama chattingan pesbuk. Marilah kita tanyakan, hal terkece apakah yang kami bicarakan pada saat chatingan..

yang benar-benar menguras emosi dan segenap air mata bercucuran layaknya air ketek yang menetes dari pori2 ketiak menembus lapisan baju?????

JAWABANNYA..

ea cerita tentang bagaimana keseharian pria kekar macho ini di kampus mengurus segala hal yang berkaitan dengan kewisudaan dia. Sebuah percakapan yang (pada awalnya) mengoyak hati bagai sembilu.. (pada awalnya, namun sehabis chat tetap meninggalkan bekas tertorehan luka yang tak mengering)

bang cecep entah niat curhat mengeluh atau mengungkapkan kebanggaan secara gak langsung, bilang "litak den puta2 kampus maurus wisuda ko heh, huf"

saya terpana melihat deretan-deretan kata yang bermunculan di setiap baris chat tersebut. namun dengan segenap tenaga dan menguras stamina, demi apapun saya mencoba berjiwa besar dan patriotis serta tetap mensupport rekan dan saudara sepertemanan-antar-nenek tersebut. dan dengan seketika di saat itu naluri feminisme keperempuan-perempuanan saya sekonyong-konyong keluar dari dalam diri memancarkan aura kembang desa.

adapun perwujudan dari naluri feminisme tersebut adalah sebuah ide yang mana menyangkut sebuah pertanyaan "aku mau lihat, fashion seperti apa sih yang akan kamu kenakan pas graduation day nantik? karya adibusana siapa yang kamu pakai?" 


lalu terurailah cerita bahwa bang cecep yang santun dan qana'ah tersebut akan mengenakan kebaya transparan.

Jadi konsep kebaya itu dari bahan brokat motif bunga tanpa dikasih puring. jadi transparan aja. tema kebayanya itu yaitu PURE AND NATURAL. nah, biar elegan dan kesannya sophisticated dan agak ningrat, di ujung restleting dikasih seperangkat alat pengaman berupa kunci restleting lengkap dengan kode password dan gembok. hal ini bertujuan agar si pemakai tetap aman walaupun anonoh. adibusana ini juga mengisyaratkan dan mengusung tema "AVAILABLE TO SEE BUT NOT TO TOUCH" 


namun setelah kesadaran ini kembali maka tema yang paling tepat adalah "HOW TO BECOME A HONORABLE BITCH"

ps: mohon maaf atas postingan pasca lebaran kali ini. mohon dimaklumi, dan anggaplah ini sebuah pembelajaran untuk bg ncep dan saya sendiri untuk tetap menjaga norma2 serta keagungan moral yang selama ini dijunjung, dimanapun berada, dan mengubah cara pandang yang semakin menuju ke arah ketidak-beresan terhadap mengamati sebuah objek.

Rabu, 07 Agustus 2013

Miaw!

jadi ceritanya waktu itu saya hendaklah ingin pergi berbuka bersama dengan 3 orang teman dekat. dengan keren dan mantap saya melesat menuju rumah seorang teman, nova, yang kebetulan jaraknya dekat dengan rumah saya. namun setelah sampai di rumah nova yang berjarak 100 meter dari rumah, tiba-tiba nova keluar dengan dandanan ala rumah (pake baju kaos, celana pendek, rambut berantakan, dan saya yakin belum mandi), kemudian saya dihadapkan pada kenyataan yang terhunus ke dada bahwasanya perihal berbuka bersama yang saya impikan semenjak beberapa hari yang lalu batal dilaksanakan karena ririn udah punya janji untuk berbuka bersama dengan keluarganya. dan jadilahhhh... remaja belia keren yang sudah dandan rapih dan wangi ini pun memutuskan untuk bertandang ke rumah nopa, mengobati hati yang diliputi kekecewaan mendalam sembari mete-mete masuk ke dalam rumahnya.
Akan tetapi, saya meyakini dalam hati, ketika udah masuk ke dalam rumah kecebong kesayangan satu ini, saya gak pernah dalam keadaan badmood. walaupun sebelumnya saya badmood -seperti cerita di atas- namun ketika sudah masuk ke dalam, praktis saya jadi goodmood dan sumringah KARENA?
KARENA....
NOVA PUNYA 14 EKOR KUCING LUCU

DAN SAYA SANGAT SUKA KUCING.

maka dari itu, inilahhh.. niat postingan saya kali ini, PAMER FOTO~









keren kan. iya keren.

Jumat, 02 Agustus 2013

Lagu Ini Kurang Ajar

Omelette - Terlalu Cepat

Jangan terlalu cepat
Kau ingin segalanya dari diriku ini
Jangan terburu-buru
Aku pun masih ragukan dirimu kini

*begitu banyak perhatianmu
  yg tlah kau berikan


terlalu yakin dirimu
belum pasti cintaku kan kuberikan
pada dirimu
walau hanya sekejab

Mungkin kau pun mengerti
Aku muak dengan sikapmu selama ini


terlalu yakin dirimu
belum pasti cintaku kan kuberikan
pada dirimu
yg slalu memaksa aku untuk coba mencintaimu
walau hanya sekejab

terlalu yakin dirimu
belum pasti cintaku kan kuberikan
pada dirimu
yg slalu memaksa aku untuk coba mencintaimu
walau hanya sekejap saja


terlalu yakin dirimu
belum pasti cintaku kan kuberikan
pada dirimu
yg slalu memaksa aku untuk coba mencintaimu
walau hanya sekejap saja
sekejab saja, ooh sekejap saja



yah, tiba-tiba pengen posting lagu ini. Alasan? Gak tau. -_-

Kamis, 01 Agustus 2013

Pilihan

Pilih mana, kue yang bentuknya menarik dan bagus tapi rasanya gak enak, atau kue yang bentuknya gak menarik dan gak bagus tapi rasanya udah kayak makanan standar internasional?

Mungkin memang benar, semua orang akan tertarik pada penampilan luar si kue sebelum mencicipi rasanya. Dan mungkin memang benar, jika penampilan kue tersebut terlihat seperti eek taik kucing, orang-orang bakalan mundur duluan sebelum mencicipi rasa luar biasanya. Tapi coba dipikir lagi lebih dalam, rugikah kita jika hanya melihat sesuatu dari luarnya saja? Iya! 

Mungkin penampilan kue yang menarik juga akan menarik orang untuk mencicipinya, walaupun rasanya gak enak. Tapi, sampai dimana sensasi itu ada? Sampai gigitan pertama? Bisa jadi! Dan kemudian orang-orang lain akan mengetahui kalo kue yang menarik yang berada di toples itu gak enak. Mungkin juga penampilan kue yang gak menarik bikin orang urung untuk mencicipinya. Tapi, sampai kapan kita selalu beranggapan kalau semua yang memiliki tampilan luar yang jelek itu 'jelek'? Sampai kapan kita hanya terlena dengan tampilan luar, dan tidak memperhatikan esensi yang ada di dalam luaran yang jelek itu? Sampai kapan kita hanya berpikiran dangkal? Sampai kapan kita (lagi-lagi) berpikir dan menilai setengah-setengah? Tampilan luar hanya dinikmati oleh mata. Sedangkan inner dinikmati oleh hati.

Kita beneran gak bisa menilai orang hanya dengan mata. Serius.


Rabu, 31 Juli 2013

Flash Fiction - Ironi

"Apa salahnya berteman dengan bencong?!" keluhku pada Ibu yang sedari tadi mengguruiku dengan berbagai macam ultimatum. Aku tak lagi boleh berdekatan dengan teman dekatku. Kata beliau, ia hanya akan membawa kesan negatif pada diriku sendiri. Hanya akan membuat malu diri sendiri di depan masyarakat.

"Saya cuman tidak ingin kamu malu nantinya! Apa kata orang-orang kalau setiap hari kamu duduk berdua dengan banci itu, tertawa-tawa entah apa yang ditertawakan. Kalian terlalu dekat!" suara Ibu mulai bergetar. Dan saya yakin sebentar lagi beliau mulai menangis. Dan seiring dengan keluarnya air mata Ibu, praktis saya akan dianggap durhaka. Tapi beliau memang sensitif. Salahkah saya untuk tidak peduli?

"Orang-orang aja gak tau apa yang saya bicarakan dengan dia, kalau mereka kemudian malah menuduh saya yang bukan-bukan atas dasar apa yang tidak mereka ketahui, kenapa saya harus mendengarkan mereka?" ujar saya melengos.

"Jadi kamu lebih peduli dengan banci itu daripada perkataan orangtuamu ini?" Ibu. Menangis. Saya durhaka.

"Bukan itu permasalahannya. Dia itu teman saya dan dia sedang membutuhkan saya sebagai temannya! Saya lebih memilih teman daripada harus mendengarkan setiap perkataan orang-orang yang bisanya menuduh saya yang bukan-bukan. Mereka tidak tau bagaimana saya, dan kenapa juga saya harus mendengarkan apapun perkataan mereka? Haruskah saya mendengarkan dan memenuhi keinginan setiap orang-orang yang selalu bergunjing atas apa yang tidak mereka ketahui tentang saya? Orang-orang yang hanya menilai saya dari apa yang mereka raba-raba?"

"Pokoknya sekali lagi saya melihat banci itu datang ke rumah ini lagi, saya yang akan turun tangan untuk mengusir dia dari sini!"

"Apakah karena dia berbeda dengan yang lain terus kita ini lebih baik daripada dia? Apa kita ini termasuk golongan yang lebih terhormat daripada dia? Apa ibu pikir saya ini normal? Banyak hal yang lebih berharga dan lebih penting untuk dilihat dan dinilai. Penampilan luar, harta, kekayaan, jabatan, kita semua buta dengan itu. Buta! Tuhan saja tidak pernah membeda-bedakan makhluk!"

Sebuah cerocos yang tidak akan didengarkan. Saya terduduk lemas. Sangat lemas sekali karena pengeluaran emosi ini sungguh-sungguh menguras tenaga. Saya benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana. Haruskah saya mengacuhkan teman yang begitu baik pada saya hanya demi memuaskan penilaian orang-orang tentang pribadi saya? Sepenting itukah pencitraan walaupun menipu diri dan hati sendiri? Bukankah itu yang dinamakan munafik? Bukannya itu bertentangan dengan apa yang dituliskan dalam buku PPKN tingkat SD?

Saya mengalah. Sungguh saya tidak mau durhaka karena mengacuhkan perintah orangtua. Sudah beberapa minggu ini saya mengacuhkan si teman. Dan selamat kepada orang-orang penilai yang bernama masyarakat, berterima kasihlah pada saya karena saya telah memuaskan keinginan kalian semua!

Akhir-akhir ini orang tua saya kembali tenang. Bahagia melihat anaknya mengajak seorang teman ke rumah. Seorang wanita berparas cantik, ramah, dan hangat. Tidak banci, tidak kelihatan tidak normal, dan tentunya, membawa citra yang positif untuk anaknya. Bukankah sebentar lagi anaknya akan dibilang supel dan pandai bergaul? Apalagi temannya ini memiliki nilai plus, bahkan jika orang-orang tersebut melihat kami dengan menyipitkan mata mereka, tidak akan masalah, tidak akan ada citra yang buruk!
Si orangtua menghela nafas lega.

...

Di beranda, dua orang wanita bercakap.
"Akhirnya aku bisa juga ke rumah kamu, yang.."
"Kan udah aku bilang, aku bakal ngajak kamu, ngenalin kamu sama orang tua aku"
"Aku khawatir mereka gak suka hubungan kita.."
"Aku jamin gak akan ada masalah. Mereka bakal suka,"
"Hihi.. keluarga kamu aneh.. Tapi aku bahagia. Makasih ya sayang.."
Dan mereka berpelukan mesra.

Kamis, 25 Juli 2013

Rumors


Saya menyukai tokoh Olive Panderghast yang diperankan oleh Emma Stone di dalam filmnya yang  berjudul Easy A. Sebenarnya ini merupakan sebuah film remaja bertemakan kehidupan anak SMA yang penuh dengan rumor-rumor namun dengan sangat pintarnya Will Gluck membuat alur yang cerdas dan tidak murahan seperti film-film remaja lain.

Tokoh Olive di sini merupakan korban dari rumor yang berkembang dengan dahsyat dan cetar. Olive yang pada awal film bilang “I used to be anonymous, If Google Earth were a guy couldn't find me if I was dressed up as a 10-story building” tiba-tiba menjadi terkenal begitu saja hanya karena rumor negatif bahwa ia baru aja kehilangan keperawanan. Dan yang saya suka dari Olive ini adalah, caranya menanggapi rumor tersebut. Bukannya malah galau atau stress atau menangis semalam dan mengupdate status lewat facebook macam yang dilakukan generasi jaman kuda gigit genteng sekarang ini, tapi Olive malah menyerang balik orang-orang satu sekolahan yang menggosipkan dirinya dengan berdandan seperti apa yang benar-benar mereka gosipkan, yaitu menjadi pelacur.



Olive seakan-akan berusaha menciptakan image pelacur. Bahkan ia dengan gokilnya meniru drama Scarlet Letter dengan memasang tanda huruf A di dada kiri. A for Adulterer. (but di dialog film Olive bilang A is Awesome wkwk..) Walaupun pada kenyataannya image pelacur yang Olive buat telah banyak sekali membantu teman-teman di SMA nya yang mempunyai permasalahan dengan pencitraan –saya heran kenapa di luar sana kata JOMBLO adalah sebuah kata yang paling menjatuhkan harga diri kayaknya. Mereka meminta bantuan Olive untuk berbohong pada orang-orang kalau mereka berkencan dengan Olive yang notabene sekarang berimage cewek cantik gaul dan lacur. Olive berbohong, dan voila! Anak-anak kurang gaul pun mendapatkan tempat untuk bergaul. Memang, masalahnya gak penting dan sepele banget. Tapi inti ceritanya justru bukan disitu.

It’s all about how people are more interested in bad news and issues rather than good news and facts.

Rata-rata orang lebih senang untuk membicarakan hal yang masih diawang-awang. Masih belum jelas kebenarannya. Dan lebih parahnya lagi, ada orang yang berbaik hati untuk menyebarkan berita yang belum jelas bagaimana titik terangnya tersebut. Menurut saya itu hal yang sangat bodoh dan terlalu sok-sok an sekali menjudge orang hanya berdasarkan pada suara-suara liar yang entah dari mana datangnya.

Tapi untuk saya pribadi, saya mulai menekankan dalam hati bahwa gak ada gunanya memikirkan kata-kata orang yang gak sesuai dengan bagaimana kita yang sebenarnya. 

Kita gak akan bisa menilai sebuah film itu bagus atau buruk, menarik atau membosankan tanpa menontonnya secara keseluruhan. 

Kalo kamu menilai saya hanya dari lubang pintu yang kecil dan sempit, maka itulah yang kamu lihat tentang saya. Kamu melihat beberapa persen tentang saya dan kemudian menambahkan kepingan-kepingan yang kamu buat sendiri untuk menggambarkan tentang saya, terserah. Toh kamu memandang saya dari angle itu. Angle lubang kunci yang kecil. Atau kamu bisa membuka pintu tersebut dan melihat sendiri seperti apa saya sebenarnya, berbicara untuk mengetahui bagaimana saya berpikir, bagaimana saya bersikap, juga terserah.



Olive Penderghast: The rumors are true. I am, in fact, considering becoming an existentialist.
:v



yeah, sometime.

Minggu, 21 Juli 2013

Tentang Si Datar dan Si Aneh


Kebanyakan teman-teman bilang saya mempunyai ekspresi yang datar.
Teman kampus bilang saya ini tanpa ekspresi.
Senior bilang saya ini berwajah nge-blank.
Ibu saya bilang, ketika waktu kecil, saya jarang nangis, jarang rewel, jarang ketawa, anteng-anteng aja bawaannya.
Dua orang teman di komunitas baru saya, bilang saya cewek aneh.
Tetangga saya bilang saya sombong, jarang senyum.
Dulu pas jaman SMA malah ada seorang teman yang nyeletuk “Dasar autis..,” dan kemudian dia berlalu pergi.
Dan beruntung sekali ketika seminar kemaren, penguji malah bilang “Dia ini pintar banget manajemen ekspresi, ditanya macam-macam, dikerasin, ekspresinya sama aja kayak waktu sebelum ujian,”
...
-_-

Semua tanggapan orang-orang yang pernah berinteraksi dengan saya rata-rata lead to the same thing that I’m a weirdo and have a ‘flat’ expression.

Padahal sumpah, saya ini jujur bersikap apa adanya dan saya merasa bertingkah seperti orang kebanyakan (menurut saya sih) tentu aja yang nilai saya sendiri itu orang lain, tapi toh kebanyakan dari mereka hanya menilai saya setengah-setengah, dan selama saya meyakini hal tersebut, jujur saya gak memikirkan banget tentang bagaimana orang menjudge saya aneh. Tapi pikiran saya gak sejalan sama tangan. Sekarang tangan saya udah gatel pengen ngetik postingan tentang hal ini. Hal bagaimana saya dianggap, bagaimana orang-orang berpendapat tentang saya, dan bagaimana hal ini bisa terjadi. Semua akan saya kupas (emang jeruk dikupas -_-)

Beginilah saya memulai analisa. Berawal dari mengikuti tes kepribadian, dan setelah menjawab seluruh pertanyaan, maka hasil yang saya dapatkan adalah, saya seseorang yang mempunyai kepribadian ISTP (Introverted, Sensing, Thinking, Perceiving). Introvert 100% -_- , Sensing 53%, Thinking 63%, dan Perceiving 53%.

Di artikel tersebut, orang-orang ISTP ini mempunyai banyak akal dan mampu memutuskan sendiri tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi masalah. Karena kepercayaannya pada hal yang logis membuat mereka menjadi seorang realis yang sering menjadi sumber informasi dan fakta untuk hal-hal yang mereka pahami dengan baik. Seorang ISTP senang dengan kesibukan dan melakukan hal-hal yang baru. Karena kepribadiannya yang introvert, mereka biasanya pendiam, senang menyendiri, menjaga jarak dan pemalu kecuali dengan teman baiknya. Karena pendiam dan kebiasaannya menyendiri, orang-orang di sekitarnya sering menganggap mereka sebagai antisosial dan dingin. Mereka juga sering menyimpan suatu hal untuk diri sendiri, bahkan untuk hal yang paling penting sekalipun. Karena kebutuhannya akan tantangan sering membuat seorang ISTP menjadi sembrono dan cepat bosan.

Saya emang cenderung tidak terbiasa untuk curhat mengenai apapun, masalah apapun, sedang dalam kondisi apapun. Entah kenapa, bukannya gak mau (katanya kan dengan curhat setidaknya bisa mengurangi beban) tapi saya emang gak bisa dan gak terbiasa. Sebelum curhat pada orang lain, saya kebanyakan mikir dulu, apa sih pentingnya masalah saya ini sama orang itu, saya bakalan ngerepotin orang lain gak ya, dan banyak lagi pikiran2 lain yang sukses bikin saya menelan sendiri permasalahan yang saya hadapi. Walaupun banyak sekali orang-orang yang menjadikan saya tong sampah atas permasalahan mereka, saya tetep gak bisa, plus, gak tau gimana caranya untuk memulai curhat.

Nah, karena saya cenderung menyimpan di dalam hati tentang apa yang saya rasakan selama bertahun-tahun, ternyata juga berdampak pada ekspresi dan cara saya menanggapi suatu hal. Mungkin sulit bagi orang lain untuk mengerti bagaimana kondisi saya. Ketika dalam becandaan, seorang teman yang saya rasa becandaannya sudah agak kelewatan, tapi teman tersebut bersikap santai saja karena ibaratnya ekspresi saya tidak mencerminkan bagaimana kondisi hati saya pada saat itu. (dan pernah pada suatu kasus, ketika ekspresi marah saya gak nyampe dan gak dipahami oleh seorang teman sebut, maka tangan saya lah yang berbicara. Bhahahak.. saya timpuk mukanya pake sendal. Ini serius :D ). 

Di ekspresi datar tersebut pun saya juga ingin mengklarifikasi bahwa, dalam kedataran saya tidak serta merta berisi ke-blank-an semata. Saya gak pernah blank. Saya ini observer, suka sekali mengamati dan berpikir misalnya kenapa orang tersebut bisa bertingkah seperti itu, kenapa kejadian ini bisa terjadi, blablabla, dan itu jarang saya diskusikan atau saya utarakan sama teman2 saya. Jadi ketika saya asyik berdiskusi dengan pikiran saya sendiri, tiba-tiba enak aja ada orang yang bilang saya lagi ngelamun. (dan dalam hati saya menekankan kepada diri saya sendiri bahwa saya gak akan menilai orang setengah-setengah!)

Lalu mengenai sikap autis, aneh, dan sebangsanya, saya ingin bilang bahwa, MAU DIAPAIN LAGI KEPRIBADIAN SAYA EMANG BEGITU. Serius deh saya udah berusaha untuk senormal mungkin. Lagian pengertian autis aneh dan sebagainya itu kan relatif. Lagian saya harus gimana biar dibilang normal? Apa saya harus membohongi diri sendiri dulu untuk memuaskan orang lain dengan merespon semua hal dengan apa yang mereka ingin dengar? Contohnya kondisi kayak gini:

KASUS 1
Saya: Menu berbuka kamu apa?
Teman: Saya gak puasa, (padahal cowok, dan Islam. Saya tau dia bercanda)
Saya: Lagi mens ya?
....
Dan si teman ini gak lagi bls sms saya.

Klarifikasi: Emangnya ada yang salah sama pernyataan saya barusan? Haha emang saya niatnya bercanda, tapi menurut saya bercandaan mengenai hal tersebut dengan cowok bukan suatu kekurang ajaran atau hal yang pantas untuk dimalukan, kan? Toh itu sudah kata-kata yang lazim. Di tipi aja banyak, bahkan sambil nonggeng-nonggengin pantat di tempat tidur (Revalina: anti kerut, anti bocor). Itu hal yang lazim banget kan? Kalo saya ngerespon dengan "Iiih.. kamu kok gak puasa sih, ntar dihukum Tuhan loh.." sumpah itu bukan saya banget. -_-

KASUS 2
Teman: kamu sakit yaa
Saya: iya nih.. flu..
Teman: cepat sembuh ya
Saya: mau tau warna ingus saya?
Teman: dasar aneh

Klarifikasi: Dimanaaa letak anehnya? Saya cuman nanya kayak gitu doang biar kita lebih akrab dan saya kira lelucon kayak gitu gak usah ditanggapin serius dengan bilang orang lain aneh. Cukup tanggapi aja lelucon orang dengan lelucon yang lebih aneh lagi. Ngerti?

KASUS 3
Di SMS
Teman: Saya sakit
Saya: sakit apa?
Teman: flu.. mau tau rasa ingus saya? (si teman ini udah mulai terbiasa bergaul ala saya)
Saya: Asinn pastinyaaa...
Teman: Baru kali ini saya bertemu wanita aneh seperti kamu, ingus aja mau ngerasain *merenung

Klarifikasi: GUWWEH INI CUMAN MELANJUTKAN CANDAAN ELOHH -_- 

Kamis, 11 Juli 2013

Setelah Sahur

Selamat pagi setelah sahur, meskipun telat ngucapinnya (dan meskipun saya ragu ada yang baca blog ini tapi ya sudahlah saya ingin nulis ini pokoknya, dan gak satupun yang bisa melarang hasrat mulia saya). -_-
Mewakili semua penghuni WHITE HOUSE dan DIAN SASTRO'S family. saia ngucapin SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA (meskipun agak sangat super telat sekali). Di moment yang bahagia nan syahdu ini saia mohon maaf lahir dan batin. Khususnya buat Nicholas Saputra, "maaf Nico, kita emang ga jodoh". Trus buat om Donald Trumph, "Sorry uncle, i can't go to your house, my private plane was broken yesterday". And yang terakhir buat Mama saia tercinta, "Maafin aku mommy, aku tumbuh menjadi perempuan dengan kadar kecantikan yang jauh melebihi dirimu".
buat teman2, penyakit cantik saya makin kronis. mohon dukungan doanya ya..

Hilang

dia bilang dia bahagia. dia selalu ingin bersamanya. dia memilihnya daripada orang yang menunggunya lama. dia bersikap menantang saya. membuat saya merasa sayang lebih dari biasanya. membuat saya tertusuk pisau yang sama. pedih yang sama. hilang yang sama. membuat samar yang sama. dan semua tak ada yang beda.

dan satu kali lagi dia lakukan hal yang sama. entah keberapa kalinya. untuk kabar dia tak banyak saya terima. hanya beberapa saja. bukan saya menghindari dia, hanya tak tahan dengan sakitnya. untung dia jauh di sana, bukan di pelupuk mata. untung dia tak tahu keadaan saya, yang selalu ingin bersama dia. dia bukan orang yang sama, seperti yang saya suka. tapi tak apa, karena hanya dia di benak saya.

dia muncul dengan senyum berjuta. tawa menggoda. saya bahagia. tapi ternyata hanya sesaat saja. memang tak ada yang selamanya. sekali lagi sakitnya menyerang saya. membuat saya merasa keram dari ujung kepala. dan sekali lagi saya tak jera.

tak apa. sakitnya tidak seberapa. sakitnya mulai membiasa. kini sudah tak terasa. hilang rasanya.

270310

Ini Hidup

Temanku.
Sudahkah kau dengar, begitu banyak yang telah berubah. Bahkan mimpi pun tidak lagi sama. Beberapa telah menjadi nyata, beberapa diantaranya bertahan menjadi hiasan bantal. Beberapa kisah bertahan begitu lama, mungkin selamanya. Sementara beberapa lainnya, berakhir diantara air mata dan kecewa.
Apakah sampai kabarnya ketempatmu berada, beberapa kejadian tentang kebodohan zaman. Tentang beberapa kawan yang menjemput mautnya bersama penyesalan. Atau cerita indah tentang mereka yang membangun hidup baru dengan penuh suka cita..kau, salah satunya.
Temanku,
Coba runtutkan kejadian tentang lalu. Kita sebut itu ingatan. Kita biasa mengangkat buku-buku cerita dan berbicara tentang baju, sepatu, makanan, lagu-lagu my chemical romance dan sheila on 7, atau hidup yang tak sesuai dengan apa yang kita mau. Kita biasa berbicara apa saja, sampai bertahun-tahun berikutnya pun, kita masih saja berbicara. Bertukar cerita.
Temanku yang jauh disana,
Bagaimana kau mengisi waktumu? Apa dengan mengalami kejatuhan, atau Tuhan masih saja memperlakukanmu sebagai gadis manisnya. Memberimu hidup yang minim drama. Semoga apapun itu, kita, kau dan aku, bukan lagi bagian dari pecundang yang membuang waktu untuk menangisi dendam dan sesal. Bukan bagian dari mereka yang tertahan di sehari sebelumnya, di waktu-waktu yang telah dilewati dengan kesalahan. Semoga tidak lagi.
Tidak saat ini dan nanti.
Temanku,
Diantara malam, diantara ruang yang tercipta antara antara kau dan aku, aku selipkan doa. Untukmu saja, untuk hari tuamu yang menunggu disana. Selipkan doa untuk kebahagiaan yang masih terdiam menunggu saatnya.
Berdoalah tentang hidup. Semoga hari-harimu bisa kau lalui bersama orang-orang teristimewa. Semoga tahun-tahunmu kau habiskan melakukan sesuatu yang membuatmu tersenyum, setipis apapun itu.
Berdoalah tentang mati. Semoga ketika dia menjemputmu, semoga ketika dia menjemput orang-orang disekitarmu, tidak akan ada penyesalan tentang tindakan yang sudah, ataupun belum sempat kau lakukan.
Berdoalah tentang keikhlasan. Semoga tanpa embel-embel Tuhan, kau bisa percaya, semua yang terjadi diatur berdasarkan rentetan waktu.
Setelahnya, tepuk bantalmu, dan ingat saja tentang aku. Tentang masa muda yang biasa kita habiskan dengan membagi tawa dan semuanya. Kemudian tidurlah dalam senyum, ucapkan selamat malam kepada bantal yang setia memberimu sandaran.
Dan bermimpilah.

Sabtu, 29 Juni 2013

Kata Terakhir


Saya terlalu takut. Saya tak tahu. Apa ini salah saya? Karena semua orang menganggap begitu. Saya cuma bergumam di dalam pikiran kecilku, bahwa saya tak mau. Bukan karena saya tak peduli, tapi karena saya tak mau, lagi, saya tak bisa.

Entah kenapa. Jangan tanya.

Tatapan sinis, pandangan miring, itu semua yang saya lihat. Yah, mereka menganggap ini salah. Tapi, saya? Saya juga menganggap begitu. Tapi pikiran kecil menghalangi semua ini. Dan lagi, saya merasa seperti terhimpit antara apa yang saya mau dan yang tidak bisa saya lakukan. 

Ini sinting, saya tahu.

Mereka semua pikir saya tak dewasa, tak punya perasaan, kejam, jahat, tidak sayang, tidak peduli. Yah, mungkin mereka benar, atau saya yang tak sadar. Saya tahu, bukannya saya tidak peduli, tapi ada sesuatu yang saya tahu mereka tak tahu. Kau kira saya tahu apa yang mereka tidak tahu? Saya juga tidak, kalau mau jujur.

Bodoh. Ini bodoh.

Yah, maaf. Dilema bodoh ini bergerak dalam pikiran saya setiap hari, setiap saat, dan apa yang saya lakukan? Saya lari. Seperti biasanya. Saya lari, melawan arus emosi.

Apalah yang mereka katakan, Saya tak peduli. Memangnya ini semudah yang mereka pikir? Apakah apa yang saya pikir dapat saya utarakan? Saya sendiri tak tahu apa yang sedang saya pikirkan. Yang saya lakukan adalah lari, seperti biasanya. Saya lari, melawan arus emosi.

Kebodohan. Kekanak-kanakkan, mereka bilang.

Huh, mulut-mulut pedas tak tahu apa-apa, lebih baik kalian semua itu bungkam. Dan jangan urusi saya. Biarkan saya terlantar, seperti anak bayi tak ber-asa. Meskipun tidak begitu kenyataannya. Yah, ini memang salah saya. 

Sebenarnya apa yang sedang coba saya katakan? Semua ini sia-sia. Kalau saya tidak melangkah, atau sedikit memberanikan diri menghapus bayangan-bayangan yang tidak pernah terjadi, mungkin mereka akan menghormati saya sedikit akan hal ini. Atau saya sedikit membuka mata dan memakai kacamata baru agar semua terlihat jelas.

Tapi, ah, bagaimana seharusnya? Bodoh. Saya ini bodoh. Tak bisa melawan diri saya sendiri. Padahal ini hal sepele, seperti yang dilihat oleh mata-mata orang lain. Sepele. Se-pe-le.

Tapi maaf, sepele-mu, bukan sepele-saya. Meskipun kucoba membuatmu mengerti dengan segala bahasa yang saya mengerti, kau pun takkan mendengar. Apa gunanya semua ini? Sial.

Maaf. Ini kata terakhir.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails