Aku duduk meringkuk di salah satu kursi di kamarku yang dingin. Sebuah ruangan yang paling aku sukai semenjak aku kecil. Kursi yang aku duduki berwarna coklat tua, dengan bentuk yang sederhana. Di depanku, jendela seluas dinding yang membentang terburamkan oleh hujan yang deras.
Kamar ini tidak sepenuhnya hampa, dan itulah kenapa aku suka tempat seperti ini. Ada kursi, ada meja, ada lampu yang berusaha untuk menggantikan surya. Komik-komik dan beragam buku yang dijejer rapi. Mereka adalah figuran.
Aku figuran. Itulah aku, tapi bukan dalam kisahku. Aku kira aku figuran, dalam sebuah kisah.
Dari sini aku melihat seorang lelaki bercakap berbicara memenuhi monitor komputer. Ia berbicara tentang aku. Tentang kehidupanku, tentang umur ke dua puluh ku, dan tentang kami. Aku ingin menghampirinya, tetapi aku urungkan. Mungkin dia ingin diberikan kesempatan berbicara, padaku tanpa aku sela, pikirku.
Ada banyak masa dalam kehidupan kita yang singkat ini, ketika bunga-bunga terlihat lebih cantik dari biasanya. Ketika segala sesuatunya berjalan seperti semestinya. Ketika senyum seolah tak bisa pudar dari wajah, ketika kita bersama tentunya, dan ketika hujan turun. Aku suka hujan. Mungkin dia juga begitu.
Aku figuran. bukan dalam kisahku, tapi di kisahnya. Aku figuran yang berusaha membuat dia bahagia. Iya, aku akan berusaha. Bahagianya, bahagiaku. Akan selalu begitu :)
Masa-masa itu adalah masa yang sungguh menggembirakan. Mungkin ini yang disebut bahagia? Mungkin iya.
Seperti halnya saat ini. Aku kira ia sedang bahagia. Dan semoga ia bahagia. Lelaki itu masih saja berbicara, dan aku tetap duduk di kursi coklatku. Aku tidak bergeming, tetap memperhatikannya, dengan senyum, tentu saja.