Sabtu, 20 November 2010

Ini aku!


Aku anak yang biasa-biasa saja. aku terlahir tanpa cacat fisik, dan aku bersyukur akan hal itu. Aku seorang anak tunggal. Aku tidak mengingkari kalau kehidupan anak tunggal itu menyenangkan. Aku dilimpahi kasih sayang yang begitu besar dari orang tua, segala perhatian berlebih yang aku dapat membuat aku sedikit manja. Aku menyadarinya ketika aku belajar untuk memikirkan masa depan. Bahkan aku bisa mengatakan bahwa aku belum siap untuk menjajaki langkah lepas kanak-kanak. Langkahku masih gamang. Aku menyadari semua itu.
Aku selalu sendiri. Aku sudah terbiasa ditinggal sehari-hari karena kedua orangtuaku bekerja. Ketika kecil sebagai anak tunggal, dirumah aku hanya mempunyai beberapa teman bermain. Bahkan aku lebih banyak bermain sendiri dengan boneka Kucing yang dibelikan oleh Mama. Dari dulu aku suka menulis kejadian yang setiap harinya aku alami. Aku menyalurkan kekontraanku melalui tulisan. aku juga banyak bermain dengan buku-buku cerita bergambar yang dulu banyak sekali dibelikan untukku. Walaupun sudah berulang kali ku baca, tetap saja ketika itu aku tidak pernah merasa bosan. Cukup untuk merasa tidak bosan. tapi aku ingin bermain dengan benda hidup. Aku ingin teman. Dan hingga sampailah akhirnya ketika aku merasa takut ditinggalkan oleh teman-temanku yang hanya seberapa. Aku selalu mengalah, selalu memberikan apa yang mereka inginkan. Selalu mengiyakan apa yang mereka mau. Aku tidak pernah bersikap kontra terhadap mereka walaupun itu bertentangan dalam hatiku yang sebenarnya. Aku selalu bersikap ramah kepada mereka walaupun telah berulang kali mereka menjahili aku. Itu semua karena aku terlalu takut. Takut untuk merasa kehilangan, takut untuk sendiri, dan takut untuk menerima perlakuan buruk dari mereka.
Rupanya hal tersebut berdampak besar pada hidupku 10 tahun mendatang. Semua hal yang telah aku alami ketika kecil membuat aku tidak bijaksana dalam usia proses pendewasaan. Aku tumbuh menjadi seseorang yang penakut, gamang, tidak mempunyai percaya diri, dan egois. Aku tidak biasa susah. Aku tidak biasa memikirkan masalah, apapun itu walaupun masalah kecil sekalipun, aku terbiasa mengabaikannya. Aku sangat tidak bertanggung jawab.
Banyak orang yang masuk kedalam kehidupanku, lalu mereka keluar lagi karena merasa tidak nyaman berteman denganku. Selama ini aku merasa aku hanya memanfaatkan mereka saja. aku mau berteman dengan mereka karena aku tidak ingin sendiri. Aku terlalu memikirkan diriku sendiri. Aku tidak pernah memikirkan apa yang mereka mau dari sebuah hubungan pertemanan yang kami jalin. Aku tidak pernah memberikan umpan balik terhadap apa yang telah mereka berikan padaku. Praktisnya, semua orang yang pernah berteman dekat denganku akhirnya menjauhiku. Mulai dari Si A, R, U, R, N, F, bahkan teman dekatku yang sekarang, N, sudah berulang kali aku sakiti karena kebodohanku sendiri. Aku hanya mengambil untung dari sebuah pertemanan. Namun N sangat sabar. Aku sangat berterimakasih pada si N karena sabar menghadapi tingkah ku yang masih seperti anak kecil. Berterima kasih sudah mengajarkan padaku arti hidup dan cita-cita. Dan aku juga berterima kasih padanya yang telah berusaha menyemangatiku dalam segala hal. Selalu memberiku nyawa cadangan ketika aku hampir mati berdiri ketika presentasi di depan kelas, selalu memberiku kata-kata penyemangat ketika aku menyerah, ia begitu tulus. Aku pun menyadari bahwa hidup ini tidak mudah. Aku harus mendaki dulu untuk mencapai puncak. Aku harus berenang untuk sampai ke tempat yang aku inginkan. Tidak ada yang bisa didapat dengan mudah di dunia ini. Hingga akhirnya aku mencoba memasuki dunia yang asing bagiku. dunia itu telah memberikan begitu banyak pelajaran penting yang aku butuhkan. Aku belajar tanggung jawab, aku belajar mengeluarkan isi pikiranku sendiri secara lisan. Aku belajar untuk berani. Aku yakin aku juga bisa membanggakan orang tuaku. Aku mulai berfikir bahwa anak tunggal bukanlah sebuah status yang hanya diliputi oleh kehidupan yang menyenangkan, tetapi aku juga mengemban harapan dan cita-cita dari orangtua sebagai anak mereka satu-satunya. Aku harus berhasil. aku akan berjuang sampai tiba masanya tanganku ini tidak lagi bergemetar hebat ketika berdiri di depan orang banyak. 


contoh tulisan ketika kesadaran diri saya muncul.
tahun 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails