masalah semakin banyak datang dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini. dan kayaknya masalah datang ke semua segi kehidupan saya. mulai dari masalah keluarga, masalah studi, masalah cinta, masalah keuangan, dan masalah lain yang entah kenapa, saling berhubungan. saya semakin tidak tau harus bagaimana dan bercerita pada siapa. cerita ke orang tua gak mungkin karena beliau saja menggunakan saya sebagai tong sampah atas luapan kekecewaan mereka. dimana otak saya kalau saya juga menceritakan masalah ini kepada mereka. jujur, saya gak ingin mereka tambah susah. dilain hal, masalah saya juga bertambah seiring dengan banyaknya keluh kesah orang tua yang diceritakan kepada saya. sayang sekali, otak saya terbiasa membiarkan masalah orang lain untuk ikut mengambil porsi pemikiran. belum lagi saya juga memikirkan kekecewaan orangtua kepada saya yang gak bisa tamat tepat waktu kemudian mendapatkan pekerjaan layak. kalau saja saya mampu mewujudkan hal itu, tentu hal-hal lain yang menjadi masalah pada saat ini, gak akan muncul. belum lagi urusan cinta-cintaan yang makin lama kondisinya makin gak mengenakkan. maksud saya bukan antara kami berdua, tapi lingkungan.
sebagai seorang anak tunggal (duh, lagi-lagi saya menjelekkan posisi yang bagi sebagian orang menganggap posisi yang paling menyenangkan, maaf Tuhan, saya senang jadi anak tunggal, tapi tentu bagian yang gak mengenakkannya juga ada, tapi saya berusaha bersyukur), saya dituntut bermacam-macam. apapun. sungguh, saya lelah. saya capek jadi pengharapan semua orang, karena kalau saya gagal, rasa bersalah saya sangat besar. diwaktu saya jadi tempat curhat orang-orang terdekat, saya gak tau harus bilang apa karena masalah saya sendiri saja belum terpecahkan. apa-apa kalau jadi anak tunggal, jalan hidup kita sudah ditentukan dari sekarang. jalannya dikasih hiasan bunga mawar, walaupun saya lebih suka bunga melati. jalannya dibikin pake semen, walaupun saya lebih suka pake aspal. di sisi kiri kanan jalan sudah ditanami taman kecil, walaupun saya lebih suka ditanami pohon-pohon besar. jalanan yang gak "saya banget" itu tiba-tiba sudah membentang panjang di hadapan saya. mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus melewati jalan itu. saya gak diijinkan membangun jalan sendiri karena ibaratnya saya gak punya surat ijin bangunan, dan kapasitas saya dianggap belum mampu untuk membuat jalan yang bagus. terlebih lagi, diri saya sendiri gak mempunyai saya. bahkan mereka juga sudah mempersiapkan "teman perjalanan" untuk melewati jalan yang sudah dibuat. karena saya sendiri gak punya saya, saya bisa apa? kalau saya memberontak, saya memang gak tau diri sekali. sudah bagus dibesarkan sampai sebesar ini, dikuliahin, dikasih makan, dikasih uang jajan, plus belum mampu membuat sesuatu yang bikin bangga mereka, mau memberontak? mau protes? dasar anak durhaka!
yah, saya cuma mau bilang, saudara itu penting. SAUDARA ITU PENTING, TUHAN..
tapi..
ALHAMDULILLAH, masih ada orang yang posisinya di bawah saya. Alhamdulillah saya udah dibuatin jalan, alhamdulillah saya bisa ngetik pakai notebook sekarang.alhamdulillah saya masih bisa nabung. alhamdulillah saya masih bisa berkumpul sama keluarga. alhamdulillah saya selalu diharapkan dan selalu dikasih tuntutan. alhamdulillah, berarti saya masih eksis di kehidupan orang-orang di sekitar saya. walaupun saya gak eksis di kehidupan saya sendiri, tapi untuk kali ini dan seterusnya, kehidupan orang-orang di sekitar saya adalah kehidupan saya sepenuhnya. "kepentingan umum harus di atas kepentingan pribadi". Tulisan itu kayaknya juga udah terpampang di baliho jalan hidup saya. yah, biar saya gak egois mungkin maksudnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar