Tiba-tiba jadi teringat masa-masa jaya kecupuan pas
SMP dulu. Maksud saya, benar-benar cupu, baik itu di pakaian saya, atau
hubungan saya dengan teman-teman. Saya bersekolah di Semen Padang, dari TK
sampai SMP. Sebuah sekolah swasta dekat rumah. Pulang sekolah berjalan kaki
melewati komplek perumahan bersama teman-teman. Sebuah lingkungan yang berkabut
(karena asap pabrik semen padang) ditambah dengan nuansa abu-abu mendominasi
lingkungan tersebut. Apalagi banyaknya beredar isu-isu dan kisah mistik dari
teman, bikin tambah misterius. Pada siang hari rumah-rumah juga kosong karena
pada umumnya penghuni rumah adalah karyawan yang bekerja full dari pagi sampai sore. Jadi,
untuk para pencuri saya umumkan, lokasi ini sangat mantap untuk beroperasi.
Masa-masa cupu memang sangat
melekat di jati diri saya yang santun dan ramah serta welas asih ini. Gak heran
kalau saya jadi kurang gaul, ketika cewek-cewek lain punya geng masing-masing. Emang,
yang punya geng rata-rata cewek cewek gaul, yang cantik, yang populer, yang
supel dan disukai banyak cowok-cowok. Entah kenapa waktu itu saya merasa,
cewek-cewek yang punya geng, lebih mendapat respek dari lingkungannya. Pada jam
keluar main, mereka pasti membentuk gerombolan, dan langsung heboh-heboh. Geng nya
pun macam-macam. Ada yang karena pas kelas 1 mereka sekelas, ada yang karena
mereka milih cewek yang manis-manis, dan bahkan geng bisa terbentuk karena
sering ketemu di bus kota karena arah jalan pulang yang sama.
Saya akui, memang gaya
berpakaian di kala SMP dulu sangatlah cupu. Dimulai dari rambut yang dari kelas
1 selalu, SELALU, selalu dikuncir, serta poni dijepit kebelakang. Sungguh rapi,
kaku, dan tidak cocok jadi bintang iklan shampo yang rambutnya selalu terurai
ditiup angin. Kemudian baju yang rapi, dimasukkan semua ke dalam rok, dan
kancing baju yang dipasang sampai atas. Diwaktu SD saya diwajibkan memakai dasi,
makanya ketika SMP jadi canggung ketika kancing bagian atas tidak dipasang
karena di SMP tidak diwajibkan memakai dasi.
Lanjut ke rok. Ketika cewek-cewek
lagi marak-maraknya pakai rok diatas lutut, justru saya lebih nyaman memakai rok
yang panjangnya hampir di pertengahan betis. Belum lagi kaus kaki yang juga
panjangnya juga sampai setengah betis. Gara-gara itu saya sempat jadi bintang
iklan kaus kaki. -_- Waktu itu saya berbaris di bagian paling depan pada saat
berbaris sebelum masuk kelas. Karena melihat penampilan kaus kaki saya yang
sangat-sangat memenuhi kriteria berpakaian, saya disuruh maju ke depan oleh Pak
Irwan, guru saya yang waktu itu menertibkan barisan. “Coba liat kaus kaki
saudara kalian ini, ini yang benar-benar mentaati peraturan berpakaian,”
ujarnya. Sompreeeeetttt.... sumpah, malu banget waktu itu. Maluuuuuuu banget. Saya
ngerasa ada yang bilang “huuuuuu” dari barisan belakang. Tapi mungkin itu hanya
halusinasi saya saja.
Walaupun saya tidak pakai
geng-geng an dan saya cupu, bukan berarti saya dianggap remeh dan jadi
pecundang. Hm, dalam pergaulan mungkin saya memang looser, tapi saya salah
seorang siswa yang PR atau tugasnya diharapkan di kelas. Nyaaaahahahahahaaa... Tapi
jadi seleb pas ada tugas itu pun Cuma sebentar. Ketika tugas saya selesai
disalin, saya langsung jadi orang pinggiran. :p Seperticontoh, ketika kelas 3,
waktu itu teman dekat saya bernama Shinta. Dia cewek manis, supel, pokoknya
disenangi teman-teman lah... ketika di sela-sela pergantian jam pelajaran,
saya, shinta, dan seorang teman yang duduk di belakang saya, givent, sedang
memperdebatkan mana yang lebih bagus antara Sheila on 7 dengan Peterpan. Saya mendukung
So7 dengan alasan “entah kenapa”. Sedangkan Shinta berpendapat, Peterpan lebih
bagus, -diiyakan oleh Givent-. “Iya, peterpan emang paling bagus deh...,” tutur
Givent.
Kebetulan seminggu sebelumnya,
ketika Ariel masih belum binal, Peterpan ngadain konser di Padang. Sebagai fans
fanatik peterpan, Shinta berkoar-koar mengenai kekerenan Ariel pas lagi nyanyi.
“Ih gila keren banget, kemaren tuh si Ariel sempat buka baju dan
bajunya dilempar ke penonton, aku mauuuu....,” shinta berkata antusias. Saya pun
juga ikut-ikutan berbinar-binar, bagaimana rasanya dikasih baju sama Duta So7.
Kemudian Givent ikutan ngomong, “Pasti bau hahaha...,” ujarnya.
Mendengar itu saya bilang, “Biarin aja bau, kan bisa dicuci... ya kan
shin?”
Tapi Shinta malah jawab, “Ya elah... justru yang ada keringet aslinya
itu yang jadi spesiaaal... kalau dicuci lagi, sama aja kayak baju biasa...”.
“Iya, jadi gak biasa kalau gak dicuci...” si akhirnya mendukung
Shinta.
f(-_-) wtf~~
jadi artis, emang sampai
keringatpun orang-orang suka.