Sabtu, 21 April 2012

Cupu-Cupu Kelabu


Tiba-tiba jadi teringat masa-masa jaya kecupuan pas SMP dulu. Maksud saya, benar-benar cupu, baik itu di pakaian saya, atau hubungan saya dengan teman-teman. Saya bersekolah di Semen Padang, dari TK sampai SMP. Sebuah sekolah swasta dekat rumah. Pulang sekolah berjalan kaki melewati komplek perumahan bersama teman-teman. Sebuah lingkungan yang berkabut (karena asap pabrik semen padang) ditambah dengan nuansa abu-abu mendominasi lingkungan tersebut. Apalagi banyaknya beredar isu-isu dan kisah mistik dari teman, bikin tambah misterius. Pada siang hari rumah-rumah juga kosong karena pada umumnya penghuni rumah adalah karyawan  yang bekerja full dari pagi sampai sore. Jadi, untuk para pencuri saya umumkan, lokasi ini sangat mantap untuk beroperasi.
Masa-masa cupu memang sangat melekat di jati diri saya yang santun dan ramah serta welas asih ini. Gak heran kalau saya jadi kurang gaul, ketika cewek-cewek lain punya geng masing-masing. Emang, yang punya geng rata-rata cewek cewek gaul, yang cantik, yang populer, yang supel dan disukai banyak cowok-cowok. Entah kenapa waktu itu saya merasa, cewek-cewek yang punya geng, lebih mendapat respek dari lingkungannya. Pada jam keluar main, mereka pasti membentuk gerombolan, dan langsung heboh-heboh. Geng nya pun macam-macam. Ada yang karena pas kelas 1 mereka sekelas, ada yang karena mereka milih cewek yang manis-manis, dan bahkan geng bisa terbentuk karena sering ketemu di bus kota karena arah jalan pulang yang sama.
Saya akui, memang gaya berpakaian di kala SMP dulu sangatlah cupu. Dimulai dari rambut yang dari kelas 1 selalu, SELALU, selalu dikuncir, serta poni dijepit kebelakang. Sungguh rapi, kaku, dan tidak cocok jadi bintang iklan shampo yang rambutnya selalu terurai ditiup angin. Kemudian baju yang rapi, dimasukkan semua ke dalam rok, dan kancing baju yang dipasang sampai atas. Diwaktu SD saya diwajibkan memakai dasi, makanya ketika SMP jadi canggung ketika kancing bagian atas tidak dipasang karena di SMP tidak diwajibkan memakai dasi.
Lanjut ke rok. Ketika cewek-cewek lagi marak-maraknya pakai rok diatas lutut, justru saya lebih nyaman memakai rok yang panjangnya hampir di pertengahan betis. Belum lagi kaus kaki yang juga panjangnya juga sampai setengah betis. Gara-gara itu saya sempat jadi bintang iklan kaus kaki. -_- Waktu itu saya berbaris di bagian paling depan pada saat berbaris sebelum masuk kelas. Karena melihat penampilan kaus kaki saya yang sangat-sangat memenuhi kriteria berpakaian, saya disuruh maju ke depan oleh Pak Irwan, guru saya yang waktu itu menertibkan barisan. “Coba liat kaus kaki saudara kalian ini, ini yang benar-benar mentaati peraturan berpakaian,” ujarnya. Sompreeeeetttt.... sumpah, malu banget waktu itu. Maluuuuuuu banget. Saya ngerasa ada yang bilang “huuuuuu” dari barisan belakang. Tapi mungkin itu hanya halusinasi saya saja.
Walaupun saya tidak pakai geng-geng an dan saya cupu, bukan berarti saya dianggap remeh dan jadi pecundang. Hm, dalam pergaulan mungkin saya memang looser, tapi saya salah seorang siswa yang PR atau tugasnya diharapkan di kelas. Nyaaaahahahahahaaa... Tapi jadi seleb pas ada tugas itu pun Cuma sebentar. Ketika tugas saya selesai disalin, saya langsung jadi orang pinggiran. :p Seperticontoh, ketika kelas 3, waktu itu teman dekat saya bernama Shinta. Dia cewek manis, supel, pokoknya disenangi teman-teman lah... ketika di sela-sela pergantian jam pelajaran, saya, shinta, dan seorang teman yang duduk di belakang saya, givent, sedang memperdebatkan mana yang lebih bagus antara Sheila on 7 dengan Peterpan. Saya mendukung So7 dengan alasan “entah kenapa”. Sedangkan Shinta berpendapat, Peterpan lebih bagus, -diiyakan oleh Givent-. “Iya, peterpan emang paling bagus deh...,” tutur Givent.
Kebetulan seminggu sebelumnya, ketika Ariel masih belum binal, Peterpan ngadain konser di Padang. Sebagai fans fanatik peterpan, Shinta berkoar-koar mengenai kekerenan Ariel pas lagi nyanyi.
“Ih gila keren banget, kemaren tuh si Ariel sempat buka baju dan bajunya dilempar ke penonton, aku mauuuu....,” shinta berkata antusias. Saya pun juga ikut-ikutan berbinar-binar, bagaimana rasanya dikasih baju sama Duta So7.
Kemudian Givent ikutan ngomong, “Pasti bau hahaha...,” ujarnya.
Mendengar itu saya bilang, “Biarin aja bau, kan bisa dicuci... ya kan shin?”
Tapi Shinta malah jawab, “Ya elah... justru yang ada keringet aslinya itu yang jadi spesiaaal... kalau dicuci lagi, sama aja kayak baju biasa...”.
“Iya, jadi gak biasa kalau gak dicuci...” si akhirnya mendukung Shinta.
f(-_-) wtf~~
jadi artis, emang sampai keringatpun orang-orang suka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails