Senin, 23 September 2013

Laras: Manusia Bodoh

Laras tak lagi datang malam ini. Padahal aku menunggunya sejaman lebih, namun tak kunjung juga ia menunjukkan wajahnya kepadaku. Entah apa yang terjadi akhir-akhir ini, entah apa yang sedang ia lakukan, aku tak tau. Aku hanya terus menunggunya.

Dia itu wanita yang tak tau apa-apa, tak menarik, tak dewasa, selalu putus asa, meragu, dan segala macam sifat negatifnya yang kutahu mungkin menutupi semua kelebihan yang ada pada dirinya. Namun, entah mengapa, aku menunggunya, lagi dan lagi, seakan-akan buta. Entah apa yang membuat aku berkeras hati menunggunya, aku tak tau. Aku hanya terus menunggunya.

Mungkin, aku yang terlalu keras kepala. Mungkin juga, aku yang bodoh. Dan mungkin juga, aku yang terlalu lugu.

Laras. Aku tau siapa dia. Dia itu monster. Aku sadar betul betapa iblisnya dia. Dia yang tak peduli bagaimana aku, dia yang selalu membuat aku melambung kemudian terhempas sampai mati rasa. Dia yang kejam dan brutal terhadap perasaanku. Sungguh, aku ingin berlari darinya. Namun, ada satu bagian dalam diriku yang membuat aku terus bertahan. Bertahan untuk disakiti, lagi. Dan herannya, tak kunjung jua ku temukan batas muakku.

Manusia bodoh. Aku tak percaya ada manusia bodoh di atas dunia ini. Manusia bodoh hanya ungkapan yang diberikan oleh orang-orang yang merasa orang lain bodoh. Ungkapan yang berasal dari orang lain. Sungguh aku tidak peduli bagaimana ungkapan dari orang lain sedikitpun. Namun, jika ada orang yang menganggap dirinya sendiri bodoh, maka dia hanya sekedar hilang akal, tidak tau lagi apa yang harus dilakukannya, dan untuk memuaskan otak karena tak tau jawaban dari 'apakah yang menyebabkan semua permasalahan ini terjadi?' dan kemudian mereka menjudge mereka sendiri bodoh. Intinya, ungkapan 'aku ini manusia bodoh' hanya ungkapan sementara. Hanya sebuah kamuflase. Sebuah mekanisme pertahanan diri.

Dan iya, saat aku tidak berada di dekat Laras, dan saat-saat aku menunggunya inilah otakku berkata bahwa aku manusia bodoh. Dan, aku sadar betul aku tidak bodoh. Kau tau, ini hanya kamuflase saja. Aku hanya belum menemukan jawaban yang sebenarnya tentang mengapa aku terus menunggunya. Kenapa aku selalu menaruh harapan besar pada iblis seperti dia. Kenapa aku selalu tergantung pada monster yang akan menggerogoti tubuh dan jiwaku dari dalam, dan mungkin akan terus begitu sampai aku lumpuh. Aku hanya terus menunggunya. Itu saja yang aku lakukan. Dan itu bodoh menurutku. Untuk saat ini.

Bercerita tentang Laras bagiku tak akan ada habisnya. Dia tak peduli sedikitpun tentang orang lain. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia akan melakukan apapun dengan siapapun. Selagi itu menguntungkan dan menyenangkan baginya, maka ia akan terus menerus berbuat seperti itu, sampai bosan, dan setelah bosan, maka ia akan kembali mencari rutinitas baru dengan seseorang yang baru, yang menguntungkan dan menyenangkan baginya. Dan dia, selalu mendapatkan sesuatu dan seseorang itu. Seakan-akan tuhan tidak menyiapkan sebuah karma baginya. Seakan-akan tingkahnya seperti itu dihalalkan di muka bumi.

Dan tentunya, tidak seorangpun yang akan merasa kalau Laras akan memanfaatkan dirinya sendiri karena Laras sangat pandai memainkan perannya. Laras bermain dengan sangat halus sehingga tak seorangpun yang akan sadar telah dimanfaatkan. Laras akan menutupi kebohongan yang satu dengan yang lainnya demi perannya tersebut. Dia, aktor antagonis dunia nyata yang tak kan terkalahkan. Aku belum menemukan orang yang bisa menyaingi kemampuan akting Laras. Dan hei! aku sadar aku dipermainkan. Tapi otakku untuk sementara ini bilang, aku ini manusia bodoh. Itu saja untuk kali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails