Kamis, 25 Juli 2013

Rumors


Saya menyukai tokoh Olive Panderghast yang diperankan oleh Emma Stone di dalam filmnya yang  berjudul Easy A. Sebenarnya ini merupakan sebuah film remaja bertemakan kehidupan anak SMA yang penuh dengan rumor-rumor namun dengan sangat pintarnya Will Gluck membuat alur yang cerdas dan tidak murahan seperti film-film remaja lain.

Tokoh Olive di sini merupakan korban dari rumor yang berkembang dengan dahsyat dan cetar. Olive yang pada awal film bilang “I used to be anonymous, If Google Earth were a guy couldn't find me if I was dressed up as a 10-story building” tiba-tiba menjadi terkenal begitu saja hanya karena rumor negatif bahwa ia baru aja kehilangan keperawanan. Dan yang saya suka dari Olive ini adalah, caranya menanggapi rumor tersebut. Bukannya malah galau atau stress atau menangis semalam dan mengupdate status lewat facebook macam yang dilakukan generasi jaman kuda gigit genteng sekarang ini, tapi Olive malah menyerang balik orang-orang satu sekolahan yang menggosipkan dirinya dengan berdandan seperti apa yang benar-benar mereka gosipkan, yaitu menjadi pelacur.



Olive seakan-akan berusaha menciptakan image pelacur. Bahkan ia dengan gokilnya meniru drama Scarlet Letter dengan memasang tanda huruf A di dada kiri. A for Adulterer. (but di dialog film Olive bilang A is Awesome wkwk..) Walaupun pada kenyataannya image pelacur yang Olive buat telah banyak sekali membantu teman-teman di SMA nya yang mempunyai permasalahan dengan pencitraan –saya heran kenapa di luar sana kata JOMBLO adalah sebuah kata yang paling menjatuhkan harga diri kayaknya. Mereka meminta bantuan Olive untuk berbohong pada orang-orang kalau mereka berkencan dengan Olive yang notabene sekarang berimage cewek cantik gaul dan lacur. Olive berbohong, dan voila! Anak-anak kurang gaul pun mendapatkan tempat untuk bergaul. Memang, masalahnya gak penting dan sepele banget. Tapi inti ceritanya justru bukan disitu.

It’s all about how people are more interested in bad news and issues rather than good news and facts.

Rata-rata orang lebih senang untuk membicarakan hal yang masih diawang-awang. Masih belum jelas kebenarannya. Dan lebih parahnya lagi, ada orang yang berbaik hati untuk menyebarkan berita yang belum jelas bagaimana titik terangnya tersebut. Menurut saya itu hal yang sangat bodoh dan terlalu sok-sok an sekali menjudge orang hanya berdasarkan pada suara-suara liar yang entah dari mana datangnya.

Tapi untuk saya pribadi, saya mulai menekankan dalam hati bahwa gak ada gunanya memikirkan kata-kata orang yang gak sesuai dengan bagaimana kita yang sebenarnya. 

Kita gak akan bisa menilai sebuah film itu bagus atau buruk, menarik atau membosankan tanpa menontonnya secara keseluruhan. 

Kalo kamu menilai saya hanya dari lubang pintu yang kecil dan sempit, maka itulah yang kamu lihat tentang saya. Kamu melihat beberapa persen tentang saya dan kemudian menambahkan kepingan-kepingan yang kamu buat sendiri untuk menggambarkan tentang saya, terserah. Toh kamu memandang saya dari angle itu. Angle lubang kunci yang kecil. Atau kamu bisa membuka pintu tersebut dan melihat sendiri seperti apa saya sebenarnya, berbicara untuk mengetahui bagaimana saya berpikir, bagaimana saya bersikap, juga terserah.



Olive Penderghast: The rumors are true. I am, in fact, considering becoming an existentialist.
:v



yeah, sometime.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah wah... Ungkapan hati banget ya Jiji niez... Knp kamu harus pusing dengan tanggapan orang lain?? You are you... I think you are a unique person.. Nice post! Like it:)

Penulis Cemen mengatakan...

hmmm.. tentang pencitraan dan apa yang dicitrakan serta bagaimana orang memandang apa yang mereka lihat dari pencitraan. *manggut 3x*

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails