Jumat, 03 September 2010

Bolehkah aku senang, sayang?

Siang itu hujan, sayang. 
Tapi tak ku acuhkan hujan itu setetespun. 
Hari itu dingin sekali, sayang. 
Tapi tak ku pedulikan sekejap pun dingin yang menusuk tubuh itu mengusirku dan menghalangiku bertemu denganmu. 
Aku telah berjanji akan menunggumu disitu, waktu itu. 
Entah kenapa setelah aku bertemu denganmu, kehangatan memenuhi rongga dada, panasnya keluar seiring berhentinya hujan hari itu. 
Haha. Aku bertemu kamu, dan hujannya berhenti. 
Bolehkah aku senang, sayang? 
Hari itu awan menjaga diri agar muntahnya tidak mengenai kita. 
Kita kan sedang berjalan-jalan, ya kan sayang? 
Kita menelusuri jalan yang dipenuhi orang itu dengan bergandengan tangan. 
Bolehkah aku senang, sayang? 
Dirimu bertanya apa mauku, dan aku menggeleng. Lalu dirimu membawaku keliling-keliling kota Padang waktu itu. 
Bolehkah aku senang? 
Kamu ajak aku kesana kemari. 
Aku mau asal itu bersamamu. Aku senang. 
Tak henti-hentinya aku mengucap syukur waktu itu. 
Kamu ajak aku ke toko buku, dan membelikanku komik. 
Bolehkah aku senang, sayang? 
Aku memang suka itu. 
Kamu ajak aku ke sebuah toko dan memberiku setumpuk jilbab. 
Bolehkah aku senang, sayang? Aku memang butuh itu. 
Tapi tanpa kamu memberikan barang-barang itupun, aku sudah senang, karena hari itu aku habiskan bersamamu. 
Bolehkah aku senang, sayang? 
Dunia serasa milik kita berdua, sayang. Yang lain ngontrak. 
Biar mereka protes, aku tak peduli. 
Kamu mengajak aku berkeliling lagi. 
Lalu ketika lapar itu datang, kamu menyeretku ke tempat pengisian perut (???). 
bolehkah aku senang, sayang? 
Aku memang hobi makan. Dan kamu tau itu. 
Tapi gempa kemarin melumat habis tempat kenangan kita, sayang. 
Tapi jangan takut. 
Kenangan itu akan tetap bersama memori. 
Memori tentang memori. 
Kenangan itu tak akan hilang dari otakku, sayang.
Kecuali kalau nanti otakku terbentur sesuatu dan aku menjadi gila. 
Atau kalau nanti aku dihipnotis menjadi Alysa Soebandono. 
Mungkin saja kenangan itu akan hilang. 
Hmm.. tapi aku kira jiwaku pasti mempunyai arsip kenangan itu kan, sayang? 
Lalu kamu mengajak aku pulang. 
Aku memberontak. 
Aku ingin berjalan-jalan lagi denganmu. 
Satu jam lagi! 
Okeh. Sepuluh menit lah! 
Kamu menggeleng. 
Aku merengek.
Kamu menyeretku masuk kedalam angkot berwarna merah itu. 
Semerah mataku yang ingin menangis merajuk. 
“Ma… balian ji baju yang tadi tu aa… kanai bana hati ji samo nan tadi….cieeeekk ko laii…”
“Eeehh.. alah mah… komik alah lo, jilbab alah lo, pulang lai, panek kaki ama bajalan a, ntah kok namuah eji manggendong ama,”
Hmm. Kita pulang, duduk di angkot bergandengan tangan.
Bolehkah aku senang, sayang?
Haahhh… waktu-waktu yang indah..
Mama sayang, bilo wak jalan-jalan lai? 
Libur bisuak ko ma?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails