Selasa, 22 Januari 2013

H.O.B.B.Y

Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat malam, halo, saya eji, dan saya sangat sangat suka manga one piece.

Sebelumnya, saya mau bilang saya bukan ootaku. Memang benar, saya suka baca dan punya koleksi beberapa judul komik seperti One Piece, Detective Conan, Death Note, Doraemon, serta beberapa Shoujo Manga. Memang benar, saya suka beberapa anime Jepang. Memang benar, saya suka beberapa game Jepang. Saya suka dengan hal-hal yang berbau Jepang Gimana ya bau jepang, kalau pas siap olahraga bau saya kayak cuka loh, masam (meni penting!) kecuali dunia cosplay nya, soalnya dandanan orang yg cosplay beda banget dari imajinasi saya ketika membaca atau menonton anime. Contohnya manga Detective Conan yang dijadikan film. Walaupun Shun Oguri yang meranin tokoh Shinichi, saya gak suka, kurang puas sama performanya. Begitu juga sama cosplay-cosplay yang bertebaran di jagad raya. Saya lebih suka yang di manga atau anime. 

Saya sendiri berkenalan dengan dunia manga ketika masih duduk di bangku SD. Waktu itu kakaknya teman dekat saya punya koleksi komik Detective Conan. Saya yang waktu itu cuma tau segelintir tentang dunia Jepang (macam anime2 yang tayang tiap minggu pagi kayak Doraemon, Kabutaku, Chibi Maruko Chan, Kobo Chan, Dr. Slam, Dragon Ball, dll) terpana melihat koleksi komik-komik yang berderet rapih di meja kakaknya teman dekat saya tersebut. Mari kita panggil kakaknya teman dekat saya tersebut sebagai KTDS. Sebenarnya KTDS mempunyai banyak koleksi komik lain kayak Doraemon dan Dragon Ball, saya lebih tertarik ke Detective Conan. Saya penasaran dengan dunia detektif-detektif dan kasus pembunuhan (mungkin inilah penyebab mengapa film romantis versi saya adalah film psycho dan sebangsanya, kecuali SAW yang filmnya gaje bgt. Saya gak suka horor. Lebih baik liat orang berdarah-darah daripada liat yang horor-horor. Eh tapi saya juga lebih milih liat orang berdarah-darah dibandinkan melihat hewan-hewan yang berdarah-darah. Kasihan, serius.. gak kuat dedek bang). Jadilah, komik pertama yang saya baca adalah komik Detective Conan. KTDS pun dengan sukarela meminjamkannya.
Selang beberapa hari, ketika berjalan-jalan di Toko Buku (mama saya seorang guru, kami sering bgt ke toko buku), tiba-tiba terliriklah komik Detective Conan yang berderet rapi mengguncang iman dan menggerakkan biji jakun seorang gadis kecil (yang tentu saja tidak berjakun) sehingga dibujuk rayunya lah mamanya yang sedang melihat-lihat buku kesenian (mama saya seorang guru seni) agar segera pindah lokasi ke bagian komik-komik. Melihat keberbinaran mata anaknya yang lincah menarik-narik ujung bajunya, si Mama kemudian melihat dengan tatapan datar. Antara suka dan gak suka kayaknya. Suka, mungkin karena menemukan kenyataan bahwa anaknya ternyata suka membaca. Atau gak suka, karena menemukan kenyataan bahwa bacaan yang disukai anaknya ternyata sebuah komik.
Sebagai gadis yang mempunyai intuisi terhadap tindak tanduk dan gelagat sang ibunda yang datar-datar aja itu, Eji muda kemudian melaksanakan strategi agar komik yang diidam-idamkan jatuh dalam genggaman. Waktu itu Eji kecil tersebut meraih komik Detective Conan volume 26, di covernya bergambar Conan lagi megang gelas kimia (yang waktu itu saya gak tau yang namanya gelas kimia, saya cuma liat di film2 doang) terus si Eji yang penuh dengan akal bulus dan licik itu bilang kalau komik tersebut berisikan ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan. Si Mama dengan penuh penasaran mengambil komik tersebut dan menatapnya dalam-dalam dengan seksama. Mungkin beliau membaca sinopsis di belakang komik tersebut dan menemukan kenyataan bahwa komik tersebut bukanlah komik yang berisikan ilmu pengetahuan, tapi yang penting akhirnya... beliau membelikan komik tersebut untuk saya! Jadilah komik Detective Conan volume 26 sebagai komik perdana yang saya miliki. Siapa sangka, komik Detective Conan volume 26 tersebut berbuntut pada panjangnya deretan komik-komik saya di kamar sampai pada saat ini.


Berlanjut ke komik-komik Detective Conan yang saya beli, tiba-tiba saya terpesona sama manga One Piece.  Waktu itu saya lagi jalan-jalan ke Pasar Bukittinggi, dan berhadapan dengan kenyataan bahwa ada yang menjual komik-komik dengan harga lima ribu rupiah sahaja yang pada akhirnya saya tau kalau komik yang dijual adalah komik ilegal. Keliatan dari kualitas gambarnya yang buram dan kertasnya yang gak bagus serta covernya yang gampang rusak. Entah kenapa waktu itu saya membeli komik One Piece volume 34, haha.. dan jadilahhhh volume 34 merupakan komik One Piece pertama yang saya baca dan yang saya punya, dan berbuntut pada 64 komik One Piece lainnya yang ada di kamar saya sampai saat ini.

Dibandingkan One Piece dengan Detective Conan, dua-duanya sama-sama menarik dan bagus. Di Detective Conan, saya selalu suka dengan trik-trik pembunuhan, dan sangat sangat suka dengan cara Shinichi Kudo memecahkan kasusnya dalam sosok anak kecil. Shinichi Kudo sungguhlah jenius. Kalo saya sih, udah syukur banget banget bisa mecahin sebuah kasus. Tapi dalam tubuh anak kecil? Butuh kemampuan yang lebih jenius lagi dong, otak yang udah digunain untuk berpikir mengenai kasus, digunakan lagi untuk memikirkan strategi bagaimana menyampaikannya ke orang-orang (dengan Kogoro Mouri sebagai media), karena gak semua orang yang percaya sama anak kecil. Tapi yang lebih jenius sudah pasti Aoyama Gosho, si mangaka Detective Conan. Saya sempat curiga si Gosho ini pernah gak sih bunuh orang, soalnya trik-trik pembunuhannya gak gampang ketebak. Dan yang sudah pasti yang Maha Jenius adalah Allah SWT yang menciptakan Aoyama Gosho beserta otak cemerlang yang diberkahi padanya. Sayang, Aoyama gak Islam..

Nahhhhhh.... kalau One Piece, kalau ada kata-kata lain di atas KEREN, AWESOME, WAW SUPER BAGUS, AAAAKKK GILA SUMPAH KEREN BEUT P3Rc4y4 d3H 4M4 54Y4!!, pasti udah saya sebut. One Piece, selain alur cerita yang gak terduga, Eiichiro Oda juga menyajikan dialog yang bagus, inspiratif, dan lucu, segar, asik dalam komiknya tersebut. Imajinasinya sumpah, saya kagum sama Eiichiro Oda. Terimakasih lagi kepada tuhan saya Allah SWT yang telah menciptakan Eiichiro Oda serta keberkahan otak kaya imajinasinya. 
One Piece bercerita tentang sekelompok remaja tanggung berlayar bersama mengarungi samudera, dari pulau ke pulau untuk mendapatkan harta karun One Piece. Yah intinya tentang bajak laut. Banyak hal positif yang bisa diambil dari komik ini. Ketika ada sebagian orang yang bilang kalau komik itu isinya tentang anak-anak doang, dan beranggapan kalau orang yang suka baca komik adalah orang yang kekanak-kanakan (terus menurut loh kalo guwweh udah dewasa guwweh harus baca majalah playboy, gituh?), maka saya menyarankan, bacalah One Piece sebelum ngejudge! Di sana elo-elo (ceritanya mendadak jadi anak gehol) bakal nemuin kisah persahabatan yang mengharukan, nilai-nilai kehidupan, arti kesetiaan, kekuatan, pantang menyerah, tenggang rasa, dan semua hal yang elo-elo temuin dalam buku PPKn SD lo ada di sini. Bahkan sempat terbersit di benak guweh gimana kalau buku PPKn yang tokohnya cuma si Budi, Ani, Musa, Ikhsan dan Andi, diganti sama komik ini. Di majalah dewasa elo-elo ada gak? Paling banter juga tentang kisah kehidupan titit seseorang dengan seorangnya lagi. 
Nah, dimulai dari postingan ini, saya berniat untuk membuat postingan-postingan lanjutan yang membahas tentang semua kru Straw hat Pirates yang saya sukai.
BANZAI!!

2 komentar:

TS Frima mengatakan...

ditunggu!
sekian.

EJI mengatakan...

Siap masteeer! :))

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails