Kamis, 17 Januari 2013

The Perks of Being a Wallflower

Definisi Wallflower dari Wikipedia :  a slang term used to describe shy or unpopular individuals who do not socialize or participate in activities at social events. It is most often used to describe someone who stays close to a wall and out of the main area of social activity.




Di awal film ini tiba-tiba saya dicurhati oleh Charlie tentang pengalaman masa lalunya. Menjadi seorang nerd sama sekali bukan keinginan Charlie, itu bisa saya liat dari usaha Charlie mendekati Sam dan Patrick, yang ternyata juga sangat welcome padanya. Dan dari usahanya itulah, Charlie sedikit demi sedikit memberikan kesempatan untuk dirinya sendiri keluar perlahan dari dunianya yang introvert.
Ketika melihat film ini saya merasa bersyukur tidak menjadi introvert di luar negeri. haha.. untung hanya di Indonesia, karena di luar negeri, seorang nerd selalu menjadi sasaran bullying. Kalau di Indonesia mah, orang introvert dibilang sombong karena jarang ngumpul bersama orang-orang, hahahaha.. levelnya jauh lebih tinggi dari yang di luar negeri :DMelihat kehidupan Charlie saya seperti melihat kehidupan saya sendiri, mulai dari sifatnya, sampai ke trauma masa kecilnya. Saya juga mengiyakan setiap plot dimana Charlie selalu membiarkan orang bahagia tanpa mengacuhkan perasaan pribadinya. Saya juga cenderung hanya memperhatikan dan membiarkan orang lain melakukan apa-apa saja yang mereka ingin lakukan, walaupun saya tidak setuju mereka melakukan itu. Alasannya sederhana saja, saya tidak ingin mereka meninggalkan saya hanya karena saya tidak sependapat dengan mereka. Saya selalu takut disisihkan. Takut ditinggal sendiri oleh orang-orang yang telah berhasil saya dekati.Di film itu saya juga suka sama tokoh Patrick. Siapa sangka dibalik keceriaannya Patrick memiliki kehidupan homoseksual dengan cowok populer di sekolah. Hal tersebut menjadi beban baginya karena harus selalu menyembunyikan kisah terlarangnya, belum lagi hal tersebut adalah skandal besar bagi Brad, mengingat dirinya adalah cowok keren atlit sekolahan yang selalu disegani orang-orang. Awalnya saya menduga-duga Patrick ini tokoh antagonis dalam cerita karena yang memainkannya adalah Ezra Miller, seorang anak imbisil menyebalkan dalam film We Need to Talk About Kevin yang belum lama saya tonton. Haha saya sangat suka aktingnya dalam film itu. Di film The Perks of Being a Wallflower ini juga, he is my new idol!
Tak peduli apakah kamu introvert atau tidak, punya teman itu adalah sebuah kebutuhan. karena saat kamu berada di antara teman-teman, "I can see it, this one moment when you know you're not a sad story. You are alive!" ujar Charlie. Dan lagi-lagi saya ngangguk-ngangguk mengiyakan.

*oh iya, sebelumnya saya gak nyadar, ternyata film ini settingnya tahun 90an :)*Ketika menulis ini sejenak saya terpana melihat orang yang saya panggil Papa tiba-tiba mencampurkan nasi ke kolak ubi yang beliau makan. "Lamak, ji.. Cubolah..," ujarnya sambil menyuap makanan yang tiba-tiba berubah menjadi nasi sup kolak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails